24 - |Gagal Fokus|

26.7K 4.3K 470
                                    

Asya memakai tasnya bersiap pulang, namun langkahnya harus terhenti saat Fazri menghalangi jalannya dengan merentangkan tangan di tengah pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asya memakai tasnya bersiap pulang, namun langkahnya harus terhenti saat Fazri menghalangi jalannya dengan merentangkan tangan di tengah pintu.

“Lo pada nggak boleh pulang! Harus nemenin gue latihan sebelum besok tanding!” pinta Fazri menatap satu persatu temannya.

Asya berdecak kesal. “Ribet lo!” Lebih baik dia menonton Spongebob daripada harus menonton Fazri latihan. Pasti membosankan.

“Gimana, girls? Nonton nggak, nih?” tanya Arina meminta pendapat teman-temannya.

“Lo nggak lupa kan kalau masih ada gue yang cowok di sini?” protes Jali.

Arina menulikan telinganya, tidak mempedulikan protes Jali.

Jali mengumpat pelan karena omongannya tidak direspon.

“Gue, sih, ngikut aja. Di rumah juga nggak ada kerjaan,” sahut Chika.

“Sya?” Arina beralih menatap Asya, meminta pendapatnya.

“Ya udah lah kasihan juga si Fazri kalo ditemenin Jali terus takutnya belok.”

“Oke, deh. Kita temenin lo latihan,” putus Arina yang diangguki kedua temannya.

Jali hanya bisa cemberut karena Arina tidak meminta pendapatnya.

Fazri tersenyum lebar dan segera menyingkir dari pintu untuk memberi teman-temannya jalan.

Asya dan Jali sudah duduk di bangku pinggir lapangan padahal tim basket saja masih berganti baju. Mereka menunggu Arina dan Chika yang masih membeli snack di kantin. Mereka tidak mungkin menonton tanpa adanya makanan karena itu akan sangat membosankan.

Jali bermain game cacing yang sekarang sedang viral, sedangkan Asya yang berada di sampingnya hanya melihat saja. Asya juga punya game seperti itu, tapi dia malas memainkannya. Bermain game itu hanya akan membuat Asya emosi saja karena dirinya yang tidak sabaran selalu saja menabrak cacing lainnya yang membuat cacingnya mati sebelum menjadi besar.

“Berduaan aja lo pada. Mana yang lain?” tanya Fazri yang sudah selesai berganti baju basket. Di belakangnya juga sudah ada gerombolan anak basket. Mereka duduk di pinggir lapangan, menunggu teman-temannya yang masih berganti baju.

“Ke kantin beli makanan,” jawab Asya tanpa menoleh. Dia sedang sibuk memperhatikan Jali bermain game.

Sejujurnya Asya penasaran bagaimana cara cowok memainkan permainan itu hingga bobot cacing bisa mencapai jutaan. Prestasi terbaik Asya dalam memainkan game cacing saja baru 1 juta untuk bobotnya dan berada di posisi ke 4.

Fazri ikut duduk di samping Asya. Dia juga ikut melihat Jali bermain game. Meskipun ditonton kedua temannya, Jali tetap fokus bermain, tidak merasa terganggu sama sekali. Suara cerewet Asya yang terus mengomentari permainannya pun sama sekali tidak dia hiraukan.

Play With Players (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang