"Tata? Tata tuh cemen, lemah," kata Kiki.

"Hah? Maksud lo gimana, Ki?"

"Jangan kasih tahu siapa siapa ya. Sebelum kenal aku, Tata suka main masak masak sama cewek. Terus aku ajarin dia sedikit jadi cowok keren. Tata juga sombong, Hes. Pokoknya nggak mau kalah saing sama yang lain. Kamu tahu nggak, Tata tuh....."

Kiki mengumbar banyak kejelekan Desta. Kiki bukan teman yang baik. Setahu gue, dia sahabatnya Desta, tapi cara dia nge-gossipin Desta mirip ngegibahin musuh. Kasihan Desta. punya teman luknut macam Kiki.


Selain itu, Kiki semakin nggak jelas. Malam - malam ngirim pesan cuma buat nanya, 'udah makan belum?', 'lagi ngapain?', 'sama siapa?'. Gue eneg banget.

Lalu nggak ada angin nggak ada petir, dia nembak gue. "Mau nggak jadi pacarku?" Mana nembaknya pakai pesan WA pula, pengecut. Sotoi banget kan? Gue jadi illfill. Akhirnya gue blok nomor Kiki.

Alasan gue sih, "Maaf Ki, ketahuan Ibu. Nomornya di-blok sama Ibu. Gue disuruh belajar."

Gue nggak makan mentah mentah  omongan Kiki yang suka jelek jelekin Desta.

Gue nanya ke Debi, teman Desta yang rambutnya bergelombang kayak Indomie. Dia putra Pak sekuriti kompleks dan ibunya buka toko sembako di kompleks perumahan. Ibuku sering pesan gas dan galon air mineral kepada keluarga Debi.

Debi membantu mengantar pesanan Ibu gue. Ketika dia berada di rumah gue, sering gue wawancarai.

"Debi, lu kenal cowok sebelah?"

"Desta? Kenal banget. Kenapa?"

"Menurut lu, dia gimana?"

"Hmmm gimana ya. Desta jago basket sejak lahir. Dia baik kok. Kalau pas banyak duit, suka jajanin temen. Kenapa kau nanya nanya, hayo kenapa hayo? Kau suka?"


Mendadak lubang hidung gue membesar. "Dih, Najong."

"Kau nggak minta nomor telepon Desta sekalian?" Debi ketawa ngakak. "Biar asik gitu, ngobrol bareng dia."

"Biii Ya Allah, sampai lu bilang ke Desta gue wawancara beginian. Gue nggak bakal ngomong sama lu lagi."

"Kau tenang saja. Aku nggak bakal ngomong. Tapi, bakso ya, laper banget."

"Yee... dasar."

Menurut Debi, Desta orangnya supel, agak mami mamian. Biasa anak Mami. Desta nggak suka aneh aneh, tapi kadang aneh dengan sendirinya. Seperti kucing, sikapnya susah diprediksi. Kadang baik, kadang amit amit.

Gue percaya sama Debi. Udah pernah gue tes. Gue jelek jelekin Dian, teman kompleks gue yang sering main ke rumah gue kalau laper di depan Debi.

Sebelumnya, gue sama Dian udah janjian. Kalau sampai Debi ngomong ke Dian gue jelek jelelekin dia, Dian bakal ngabarin gue.

Nyatanya, nggak ada kabar aneh dari Dian. Fix, Debi orangnya amanah.

"Hes, menurut Lo Desta tuh orangnya gimana?" Debi balas nanya.

"Nyebelin kayak kucing. Gue heran, sebenarnya dia punya beban hidup apa hingga menjadi cowok paling nyebelin di antariksa?"

Debi kaget. "Maksud kau?"

"Dia nggak mau kalah dari gue. Pas gue beli sepatu baru, dia ikutan beli. Gue beli tas, dia ikut beli. Nyebelin kan?"

"Kayaknya dia suka kamu Hes."

"Nggak lucu Bi."

Selama seminggi Gue kepikiran omongan Debi. Apa iya Desta naksir gue? Tapi, kami kan masih SD. Gue nggak mau pacaran. Ntar aja kalau udah SMP atau SMA.

Hari - hari silih berganti, hingga kejadian aneh terjadi ketika gue sedang liburan menjelang tes kelulusan.

Cahaya matahari mulai meredup. Lampu - lampu taman menyala terang. Teman - teman kebanyakan udah pulang. Gue sedang main basket sama sisa teman - teman di lapangan kompleks perumahan. Nggak ada angin nggak ada badai, Desta nyamperin gue sambil pasang wajah suntuk.

Dia melambai nggak jelas, seperti memanggil tukang bakso. "Hes, sini."


Gue yang sebenarnya malas, penasaran apa alasan Desta manggil - manggil gue. Gue putuskan nyamperin Desta dan kami pergi agak jauh dari teman - teman yang lain ke sudut lapangan.

Gue nanya, "Ngapa?"

"Bisa ajaran main basket? Tapi diem diem aja, jangan bilang ke yang lain."

"Heh? Lu? Gue nggak salah denger nih? Bukannya lo jagoan basket sejak dalam kandungan?"

"Kata siapa?"

"Kata informan gue."

"Ayolah. Kamu jago main basket. Seminggu lagi test terakhir kelulusan, harus bisa main basket. Mininal bisa nembak sama dribble."

"Terus, masalah untuk gue apaan?"

"Yaelah, kita kan tetanggaan, teman satu kompleks. Kata mama harus saling bantu."

Ini kali pertama Desta butuh bantuan gue. Aneh aja gitu. Kok bisa seorang Desta minta bantuan gue? Apa ini modus Desta buat deketin gue?

****
Makasih udah mau baca. Jangan lupa like dan follow penulisnya ya.

Magnetic LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang