22 - |(Tidak Sengaja) Bertemu|

26.7K 4K 393
                                    

Dikarenakan pulang pagi, Asya dan teman-temannya memutuskan untuk nongkrong di kafe sebelum pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dikarenakan pulang pagi, Asya dan teman-temannya memutuskan untuk nongkrong di kafe sebelum pulang. Mereka sekarang sedang menunggu Fazri yang masih kumpul basket.

“Noh, orangnya dateng!” tunjuk Jali pada seseorang yang terlihat sedang memarkirkan motornya.

Ucapan Jali membuat ketiga cewek yang berada di dekatnya sontak menoleh.

Fazri yang merasa diperhatikan pun berjalan seanggun mungkin dengan senyum mengembang dan tangan melambai-lambai layaknya putra Indonesia.

Teman-temannya menatap kelakuannya itu dengan wajah datar.

“Nyesel gue lihatnya,” gumam Chika.

“Temen gue, nih! Kasih jalan! Kasih jalan!” Jali memiringkan badannya memberi jalan untuk Fazri ke tempat duduknya.

“Emak bangga padamu, Nak,” ucap Arina dengan berpura-pura mengusap air matanya.

“Fazri... Saranghae.” Chika menempelkan jari telunjuk dan jari jempolnya membentuk love seperti yang biasa dilakukan orang Korea.

“Nggak sia-sia gue tadi teriak-teriak sampai laper.” Kali ini Asya yang bersuara.

“Lo pada mah emang gitu. Tadi aja nggak ada yang dukung gue. Sekarang giliran gue menang, lo pada muji-muji gue.” Fazri menatap kesal semua temannya satu persatu.

“Heh, inget! Siapa tadi yang teriak-teriak dukung lo pas di lapangan?” Asya melotot tajam dengan mengingatkan jasanya dalam pertandingan tadi.

“Siapa yang nyebut-nyebut nama lo sampai tenggorokan kering?” Arina tidak mau kalah jika urusan membuat Fazri terpojok.

Melihat teman-temannya menyuarakan hati seorang teman, Chika pun ikut-ikut saja. “Siapa yang loncat-loncat pas lo bisa masukin bola ke ring?”

Fazri menelan ludahnya susah payah melihat di depannya ada tiga cewek yang menatapnya seperti ingin membunuhnya. Dia memang salah, mengucapkan apa saja tanpa ingat jika dia berteman dengan cewek-cewek berjiwa bar-bar.

Di bayangannya sekarang, Fazri sedang dikepung oleh cewek-cewek itu. Asya dengan pisau kecil di tangannya, Chika dengan garpu yang berkilau, dan Arina dengan gelas yang siap menyerang kepalanya.

“Siapa yang ngelapin keringat lo?”

Ucapan Jali membuat lamunan horor Fazri langsung buyar. Ketiga cewek yang tadinya menatap Fazri tajam sekarang beralih menatap Jali, membuat Fazri bisa bernafas lega.

“Lo?” tanya Asya.

“Ya dia sendiri lah. Gila aja gue mau ngelapin keringatnya yang bau itu,” jawab Jali dengan bergidik jijik.

Asya, Arina dan Chika seketika mendesah kecewa. Mereka menyesal sudah mendengarkan Jali yang ucapannya tidak pernah bermutu.

“Traktiran dong! Lo kan menang tadi,” tagih Chika yang didukung oleh semua temannya.

Play With Players (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang