DIARY LI

57 1 0
                                    

Sabtu,
16 Juni 2018
08.45 WIB

Kereta sudah melaju dengan cepat, dan mengantar semua penumpang ke stasiun tujuan mereka masing-masing. Aku terduduk seorang diri di kursi penumpang, memikirkan sebuah keputusan yang akan kuambil dan kubicarakan dengan Ayah dan juga Mama. Sebuah keputusan yang akan menyakiti mereka.

Sebelum berangkat Kak Ridwan bertanya apakah aku yakin dengan pilihanku atau aku memilih hanya karena sedang kalut oleh keadaan yang membuat aku cemas hampir setiap harinya.

Aku sangat sangat yakin akan apa yang aku pilih sekarang. Aku tidak mau membohongi semua orang kalau jalanku bukan yang sekarang, tapi aku punya jalan sendiri.

Aku memilih atas keinginan dan keyakinanku sendiri, bukan atas keadaan atau terbawa oleh siapa pun. Bahkan sebenarnya dari dulu aku ingin sekali jujur tapi semua sulit bagiku mengingat itu adalah keputusan yang amat sangat besar.

Aku terlalu asik dengan lamunan sampai sampai terkejut ketika seseorang menepuk pundakku dan berkata, "Boleh nggak aku duduk disini?" aku menoleh lalu tersenyum.

"Boleh," kataku dan dia membalas senyumku lalu langsung terduduk dibangku kosong sebelahku

Dia cantik, rambutnya juga di gerai panjang dan wangi, tingginya hampir sama denganku, kulitnya putih bersih.

"Makasih," ucapnya

"Aku perhatiin dari tadi kamu ngelamun?" lanjutnya bertanya

"Nggak apa-apa," jawabku

Kita berdua mengobrol sepanjang perjalanan, ternyata tujuan kita sama yaitu berhenti di Stasiun Cirebon.

Dia memberikanku beberapa buah permen karet sebelum kereta berhenti dan dia juga berucap, "Makan permen ini kalo lagi ngerasa buntu, aku gak tau kamu lagi mikirin apaan semoga permen ini ngebantu kamu buat berpikir lebih baik." tuturnya panjang lebar.

"Makasih," aku menerima enam buah permen karet rasa stroberi itu. Setelah itu kereta berhenti dan dia langsung keluar seperti terburu-buru.

***

Jantungku tidak berhenti untuk berdegup kencang ketika sudah sampai rumah, begitu mengetok pintu Mama terkejut karena aku tidak bilang sebelumnya kalau mau pulang.

"Neng, kenapa gak bilang atuh kalo pulang, kan nanti Ayah jemput kamu." ucap Mama

"Gak apa-apa, Ma. Neng kangen makannya Neng pulang, hehe." balasku memeluk Mama

"Gimana kuliah kamu?" tanya Mama ketika aku masuk rumah

"Lancar kok, Ma." jawabku

"Oh iya Ayah mana?" tanyaku celingak celinguk

"Ayah lagi anter bos, padahal ini hari libur." keluh Mama seperti anak muda membuat aku sedikit terkekeh.

Aku melihat beberapa bingkai fotoku bersama Mama dan Ayah, rasanya air mataku ingin jatuh.

Segera aku bergegas ke kamar dan membaringkan tubuhku dikasur yang sudah lama sekali tidak aku tiduri.

Aku yakin sama keputusanku

Ketika akan tertidur bunyi ponsel menyeruak dan aku langsung angkat tanpa melihatnya.

Rin's, D I A R Y [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang