DIARY XLII

46 4 0
                                    

Satu bulan...

Empat belas Februari adalah hari dimana semua pasangan merasakan kasih sayang, memang sih kasih sayang tidak terpatok tanggal yang cuma satu hari itu. Tapi kadang sebagian pasangan merayakannya.

Tapi tidak denganku, hari ini Selasa, 14 Februari 2017 adalah hari dimana aku merasakan bagaimana rasanya menjadi Derian.

Sakit.

Pedih.

Dan patah.

Pagi tadi Andra kerumah tapi tidak untuk menjemput, dia menungguku di teras dengan tidak ada senyuman.

Hening beberapa saat, kemudian dia mengambil obrolan.

"Rin,"

"Hmm." jawabku seperti bergumam

"Aku minta maaf ya,"

Maaf lagi?

"Kamu kan selalu minta maaf tapi kamu ulangi lagi." balasku lalu dia diam sebentar

"Kedepannya aku gak akan minta maaf lagi sama kamu kok." ujarnya

Dahiku berkerut tidak mengerti akan ucapannya.

"Maksud kamu?"

"Kayaknya kita sampe sini aja deh." ucapnya enteng

Seperti terlempar ke beberapa bulan lalu.

Aku mau kita udahan sampe disini, Der.

"Kenapa?" tanyaku bingung

"Kamu nyadar gak sih selama kita hubungan, kita gak baik baik aja? Malahan lebih banyak berantemnya."

Aku diam mencerna kata katanya. Kata yang dulu aku ucapkan pada Derian muncul dengan jelas.

Baik-baik aja bagi kamu

"Aku capek, Rin. Pura-pura kalo aku bahagia sama kamu."

Aku capek pura-pura, aku capek bohong sama kamu terus, selama kita hubungan aku nggak suka sama kamu. Aku udah coba buat suka sama kamu tapi aku nggak bisa, aku nggak bisa buka hati aku buat kamu.

Suaraku yang beberapa bulan lalu terputar seperti rekaman. Kerongkonganku rasanya kering. Aku seperti ditampar oleh diriku sendiri dengan sangat jelas.

"Kamu suka sama orang lain?" tanyaku

Pertanyaan yang dulu Derian berikan padaku, sekarang aku memakainya.

"Nggak." jawab dia cepat tapi matanya tidak menatap mataku tapi ke arah lain.

"Kalo suka sama orang lain nggak apa-apa kok, dia hebat bisa rebut perhatian kamu dari aku." Ujarku memaksakan tersenyum

"Aku nggak suka sama siapa siapa." tegas dia tapi seperti terdengar marah karena tersudutkan padahal aku tidak ada maksud kesana.

"Kamu masih sayang mantan kamu?" tanyaku lalu dia diam tidak menjawab atau membantah.

"Makasih ya, Ndra satu bulan ini kamu udah mau temenin aku, makasih kamu ngajarin aku sabar, maaf aku repotin kamu selama sebulan ini, bikin kamu jengkel juga." kataku dengan masih tersenyum.

Senyum paksa.

"Maaf untuk nggak bisa jadi kayak mantan kamu." tandasku

Dia beranjak dari duduknya. Menggenggam tanganku dan berkata, "Aku seneng sebulan ini bisa kenal kamu, aku seneng kamu bisa sesabar itu sama aku, makasih ya Rin."

"Kamu seneng tapi kamu nggak bahagia sama aku, Sama-sama Ndra." tukasku sedangkan dia diam mendengarnya

Iya dia senang tapi dia tidak bahagia.

Rin's, D I A R Y [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang