DIARY XLIII

51 2 0
                                    

Kamis,
16 Januari 2025
17.30 WIB

Hai.

Aku Arina, masih Arina Agustine yang sama. Aku pernah bilang bukan kalau alasan aku mencari Diary ini untuk menemukan sebuah titik. Dan sekarang aku sudah berada di titik ini.

Titik sekarang.

Banyak yang telah terjadi setelah aku lulus sekolah, setelah aku lulus Kak Ridwan langsung membawaku ke kota yang sangat padat dan tidak pernah sepi.

Jakarta.

Ya, aku sekarang disini, di titik ini. Tapi semuanya tidak Happy Ending seperti sebuah dongeng. Karena setelah ini, aku mau membawa kalian jalan-jalan bersamaku menikmati kehidupanku yang sekarang.

Hidup Arina Agustine yang sudah menginjak umur 24. Padahal aku berharap kalau aku terus ada di umur yang belia. Tapi itu tidak mungkin kan.

Semuanya berjalan ke depan.

Kalian masih mau kan untuk membaca Diary ini bersama denganku?

Tapi aku tidak memaksa kalau kalian ingin berbalik arah dan pulang.

Sekarang aku sedang bersama Kak Ridwan, dia itu selalu meminta aku untuk menemani dia kalau sore-sore begini, dia suka sekali kalau sore berdiam di Monas sampai jam 22.30 malam. Aku tidak tahu kenapa dan apa sebabnya.

Yang jelas dia akan diam dan duduk di kap mobil sambil memakan kerak telor.

Ini sudah dia lakukan sedari dulu katanya, waktu aku pertama kali datang ke Jakarta pun dia bukan langsung membawaku kerumahnya tapi kesini. Monas.

Tapi anehnya sama sekali tidak boleh bicara. Cuma diperbolehkan diam dan makan.

Aneh.

Banget.

Dulu aku pernah bertanya karena bosan setiap sore dibawa kesini terus menerus.

"Kak ngapain sih kesini lagi, gak bosen apa?" tanyaku sambil menyusul dia duduk di kap mobil.

"Gak akan pernah bosen, De." jawabnya singkat tanpa melihat aku.

"Kak udah mau malem tau." protesku tapi tidak dihiraukan oleh Kak Ridwan dia cuma diam menatap langit yang banyak bintangnya.

Selalu begitu, makan kerak telor, tarik napas dalam dalam, lihat Monas habis itu lihat langit mau ada bintang atau pun tidak Kak Ridwan tetap akan melihat ke atas.

Aku memilih untuk diam pada akhirnya sambil melihat sekeliling juga, tidak ada yang aneh sih.

***

"Kak aku pulang deh, ya. Besok ada pemotretan soalnya." ucapku kesal

Tapi dia masih diam enggan menanggapi.

Aku kesal. Karena selalu begitu dan kalau sudah diam terus begitu, aku memilih memesan Ojol untuk mengantar pulang. Dan kalau Ojol sudah datang, Kak Ridwan cuma akan bilang, "Dah adikku sayang, hati-hati ya." sambil mencubit pipi kananku.

Menyebalkan bukan.

Oh iya. Aku dan Kak Ridwan tinggal terpisah, sebenarnya dulu aku serumah dengannya tapi mengingat aku sudah banyak merepotkan Kak Ridwan dari pertama kali aku datang, akhirnya aku memilih untuk membeli Apartemen yang letaknya tidak jauh dari kantor dan juga rumah Kak Ridwan. Dia juga sangat memanjakan aku, mengingat dia itu anak tunggal sama sepertiku. Jadi ya, kita memang terlihat seperti adik dan kakak betulan.

Aku sempat tidak diperbolehkan untuk tinggal sendiri, Kak Ridwan khawatir apalagi karena aku perempuan dan disini aku adalah tanggung jawabnya dia, tapi karena aku kekeuh mau tinggal sendiri dengan alasan supaya lebih mandiri akhirnya mau tidak mau Kak Ridwan mengizinkan.

Rin's, D I A R Y [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang