Tiga puluh delapan

Start from the beginning
                                    

"Ibu mah ngomongnya gitu"

"Ya makanya, kalau disuruh makan tuh nurut"

"Iya ibu" alana menerima semangkok bubur yang di berikan oleh ibunya.

"Bu, alana mau nanya"

Rini menelan makanannya terlebih dahulu sebelum menjawab alana. "Nanya apa?"

"Kata ibu, kalo ada orang yang udah buat salah sama kita nih ya. Tapi dia udah minta maaf, tapi kita udah Maafin. Bisa ga kalo kita deket lagi?"

Rini mengernyitkan keningnya. "Siapa Emangnya yang ngalamin itu?"

"Bukan siapa siapa, ibu tinggal jawab aja" alana mulai menyuapkan bubur ke dalam mulutnya.

"Emm, bisa aja sih. Tapi harus dilihat dulu"

Kini alana yang menatap ibunya dengan bingung. "Liat apanya bu?"

"Sifatnya lah. Masih kaya dulu apa engga, terus minta maafnya tulus apa engga. Gitu!"

Setelah itu, alana pun larut dengan lamunannya. Memikirkan apa yang barusan ibunya bicarakan.

"Alana?"

Alana mengerjapkan matanya. "Hah? Eh, iya bu hehe" alana memakan buburnya lagi.

"Kamu kenapa sih? Emang siapa yang ngalamin itu? Kamu ngalamin itu? Terus siapa yang udah buat salah itu?"

"Aduh, ibu banyak tanya deh. Bukan siapa siapa kok, lagian ga penting juga"

"Ga penting? Kok ditanya?"

"Ssttt. Udah udah, makan dulu yang banyak biar sehat"

Rini mendengus, dan kembali memakan buburnya.

***

"Bro, akhirnya dateng juga lu"

Dengan muka kusutnya, aidan duduk di samping Doni.

"Napa si? Kusut amat tu muka"

Aidan mendengus sebal, dan mulai merebut bakso Doni.

"Woi! Punya gua anjir! Kenapa si?! Sambet apaan lu?"

"Diem lu ah! Jadian aja sana ama si arina!" Aidan mulai memakan bakso hasil rampas milik Doni.

"Hah?! Apaan sih lu? Dateng dateng, udah mah nyolong bakso gua, terus nyuruh gua jadian lagi sama si arina"

"Yaudah sih gapapa, si arina ga jelek jelek amat ini"

"Ya...gua juga mau sih, t..tap.."

Aidan membelalakan matanya menatap Doni. "Lu beneran suka sama si arina?"

Doni tersenyum kaku. "Gimana ya?"

"Udah buru tembak sekarang! Dari pada direbut cowo lain entar! Ayo gua anter dah!" Aidan menaruh baksonya di meja dengan sedikit kasar dan mulai menarik tangan Doni.

"Eeh, lu mau ngapain narik narik gua?"

Aidan berdecak malas. "Katanya mau nembak arina?"

"Nembak sih nembak, tapikan...ya gila aja, masa gaada romantis romantis nya"

"Udahlah, Gausah pake romantis romantisan segala. Alay tau ga" aidan menarik kembali tangan Doni.

ALANA (COMPLETED)Where stories live. Discover now