15.6 - Say It!

173 23 17
                                    

Itu bukan perjalanan mudah. Changkyun mengakuinya. Dia tidak membawa apapun yang lebih berharga. Dia hanya membawa niat dan tekad. Dia mengesampingkan rasa malu dan enggan untuk mengentikan setiap mobil yang lewat, naik mobil, kemudian turun, naik lagi sampai akhirnya dia turun di tempat yang familiar.

Ketika dia menyusuri jalan berbatu terjal yang dia katakan pada Yoo Kihyun, hari telah beranjak gelap. Rasa lapar membuat Changkyun lemas. Dia hanya melangkah dengan kekuatan bahwa sekali lagi dia bisa menyelamatkan Jooheon sebelum semuanya terlambat. Setiap bunyi deru mobil yang datang dari tikungan jalan perbukitan, Changkyun selalu menggigil oleh rasa ngeri.

Belum ada tanda-tanda polisi akan datang. Mereka ternyata bergerak lebih lambat dari yang selama ini Changkyun pikirkan.

Dia terengah dan berkeringat deras ketika dia sampai. Hampir tengah malam. Changkyun buta waktu. Dia mengetuk pintu rumah kecil itu dengan brutal. Tidak ada cahaya sama sekali, tapi dia tahu Jooheon di dalam sana. Mungkin tengah menyiapkan pistolnya untuk kondisi terburuk.

"Joo. Ini aku. Joo."

Lalu pintu itu terbuka dengan pelan. Cahaya bulan yang berwarna perah redup jatuh pada seraut wajah yang begitu Changkyun rindukan. Dia menerjang, memeluk dengan erat sambil tersengal menarik napas.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Jooheon melirik ke jalananb berbatu dengan waspada. Mungkin ada yang mengikuti orang tolol ini ke sini.

"Joo. Mereka. Mereka akan datang. Kumohon pergi dari sini."

"Jadi kau menggiring bajingan-bajingan itu ke sini?"

Changkyun merasa tertekan oleh rasa bersalah. Dia menggeleng dan mengangguk hampir di waktu yang bersamaan. Dia tidak bisa menjawab, lalu mengikuti langkah Jooheon yang mengarah ke samping rumah kayu kecil.

Joohoen tampak ragu, dia memikirkan sesuatu dengan amat serius. Changkyun tidak ingin mengusiknya. Lalu tiba-tiba keputusan aneh itu terdengar.

"Pergilah dari sini!"

Changkyun tergagap, tidak percaya. "Kau memintaku pergi? Terbalik. Kau pergi, aku di sini menahan mereka selama yang aku bisa."

Jooheon menggeram amat marah. "Selancang apa kau sekarang padaku?"

"Aku seperti ini karena aku mencintaimu."

Mereka tenggelam dalam keheningan yang aneh. Changkyun menunggu respon, tapi Jooheon tidak melakukan apapun selain bernapas dengan penuh tekanan. Dia menatap Changkyun dengan tidak percaya. Apa lagi yang bisa dia lakukan untuk menyingkirkan orang bodoh dan naif ini?

"Kenapa kau tidak mengatakannya?"

Jooheon mengusap wajahnya dengan lelah lalu menatap Changkyun yang seperti orang linglung. "Kenapa kau begitu bodoh?"

Dia lalu meraih kedua tangan Changkyun lalu meremasnya erat-erat. "Kau harus pergi. Aku janji mereka tidak akan menemukanmu. Semuanya akan baik-baik saja setelah itu."

Changkyun menggeleng, kini menemukan kembali kekuatannya. Dia balas meremas tangan pria itu lalu menatap mata coklat itu lekat-lekat. Dia masih bertanya-tanya, dan keyakinannya sedang diragukan banyak orang. Changkyun membutuhkan jawaban yang benar-benar memuaskan, dia tidak mau lagi timbul-tenggelam dalam masalah ini.

"Katakan," dia memaksa.

"Apa?" Jooheon bertanya dengan bingung.

Changkyun menarik napas. "Kau mencintaiku."

Jooheon terpaku lalu terdiam seolah membeku beberapa detik. Ketika pria itu tersadar, dia hanya berdecak, antara kesal atau justru merasa lelah. "Kau tahu seperti apa kita selama ini."

Telling 'bout Us [JooKyun ] (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang