18. 1 - My Stupid Servant

322 34 13
                                    

My Stupit Servan

Pertama-tama, saya ingatkan. Ini kisah abal-abal yang gak jelas. Silakan kembali ketika anda siap minum teh dengan waktu yang melimpah. Terakhir, silakan berikan saya komen dan votenya bila berkenan. Terima kasih.

Ketika saya mengatakan cerita ini memang abal-abal, saya bukan merendahkan diri. Ini memang fakta.

.

.

.

.

Kenapa?

Changkyun masih bertanya-tanya. Kepalanya sakit seakan ditindih batu, tubuhnya kaku seperti orang yang terserang Sleep Paralysis. Dia merasakan sesutu menariknya jatuh, semakin lama seluruh tubuhnya seakan diremas-remas. Dia mencoba bernapas, tapi sesuatu yang memberi efek panas dan perih terdesak masuk ke dalam paru-parunya. Mata Changkyun berkunang-kunang.

Kenapa?

Dia bisa melihat cahaya di atas sana. Sisa dari sinar matahari di permukaan air.

Kenapa?

Dia sudah mempercayakan semua hal yang menyangkut dirinya pada sosok cantik itu. Seseorang yang mengaku mencintainya. Dia sudah percaya. Lalu kenapa? Kenapa dia berusaha membunuh Changkyun dengan cara seperti ini.

Changkyun meringis.

Dia tidak bisa mengatakan mati tenggelam adalah kematian yang sangat tragis, -karena dirinya belum pernah mati sebelumnya- mengesampingkan hal itu, dia sendiri tahu mati dengan cara ini pun tetaplah menyakitkan. Matanya yang terasa sangat perih masih bisa melihat siluet-siluet ikan yang berenang di sekitarnya. Sinar matahari makin jauh. Dadanya berat. Siluet-siluet ikan di dekatnya semakin mendekat, seakan meluncur ingin melahap Changkyun.

Yah, kematian yang sangat buruk.

.

.

Plak.

Sengatan rasa perih seperti disengat lebah membuat Changkyun setidaknya tersadar. Begitu dia memang menyadari panca inderanya berfungsi, Changkyun memaksa kepalanya untuk berpikir keras. Dia belum mati adalah fakta yang pertama. Fakta yang kedua adalah dia sangat-sangat kesakitan.

"Err.."

Di tengah-tengah rasa pening dan mual yang sangat luar biasa, Changkyun tentu masih bisa merasakan rasa perih di pipinya ini. Di antara rasa marah yang membakar ubun-ubunnya, Changkyun lebih terganggu dengan suara sok lembut yang terdengar di telinganya. Secara paksa, dia membuat kelopak matanya terbuka lebar.

"Pangeran, apa anda baik-baik saja?"

Changkyun bertanya dalam hati. Ingatan mana yang sebenarnya mimpi?

Apa ini? Ketika Changkyun terbangun dari kesadaran yang aneh, dia menjatuhkan pandangan pada dua kakinya yang terlihat begitu ramping dengan pakaian berwarna hijau putih yang basah dan menempel erat ke kulitnya. Dia tahu dirinya setengah berbaring, punggungnya bersandar pada lempengan batu yang terasa kasar, -dia bahkan tahu itu adalah batu- dan suara air jatuh dalam jumlah yang besar menjadi suara dengung yang membuatnya risih. Changkyun merasa tidak nyaman. Ketika dia mencoba mengerjap, anak rambutnya yang basah menusuk matanya hingga Changkyun dengan kesakitan mengerang dan berguling ke samping.

"Oh, anda baik-baik saja."

Saat itulah dia kembali sadar bahwa dia tidak sendirian. Mata Changkyun mencoba menarik mozaik dalam pandangannya dan menyusunnya dengan rapi hingga menampakkan wajah yang sangat asing.

"Kau siapa?" tanya Changkyun linglung.

Pria yang berjongkok di sampingnya itu menelengkan kepala, sama bingung dengan Changkyun. Lalu, tangannya yang besar terulur dan mendarat di pipi kanannya yang terasa perih.

Telling 'bout Us [JooKyun ] (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang