12.1- I don't know

355 47 4
                                    


Jooheon tahu dirinya terlalu senang merepotkan diri, tapi bagian inilah yang dia sukai. Bersabar hingga fajar baru tiba.

Sikunya bertumpu pada meja makan yang penuh dengan lilin. Gelas wine di sisi kanannya sudah kosong, dia malas mengisinya lagi. Rambutnya masih berantakan, seingat Jooheon dia belum sempat merapikan diri. Tapi pemandangan ini terlalu indah untuk dilewatkan. Jooheon menggigit bibirnya, menahan tawa renyah yang melunjak dalam dadanya.

Astaga. Jooheon mencibir.

"Oke, cukup." Dia berseru pelan, dan sayangnya dua orang yang dia minta untuk berhenti tidak mendengar apa yang dia katakan. Gejolak lain muncul dalam dada Jooheon dan perasaan itu tidak mengenakkan.

Jari tangan Jooheon menyisir rambutnya dengan asal sembari dia menghela napas bosan.

Dia meraih gelas winenya lalu memainkan benda itu ditangannya seperti sendok makan. Jooheon geram, tentu saja, maka dia melempar gelas winenya untuk menghantam sebuah kepala. Pemilik kepala itu menoleh, mencibir, meludah lalu menjauh. Mata Jooheon lalu jatuh pada mainannya yang lain, yang masih berbaring terlentang di atas lantai dingin, telanjang, tidak berdaya.

Jooheon menopang dagu. Menunggu siapa yang lebih dulu bicara.

"Kau bisa mengatakannya dengan lebih baik. Tidak perlu melempar gelas ke kepalaku. Dasar brengsek."

Senyum sinis menghiasi wajah Jooheon setelah mendapatkan apa yang dia mau. Permainan baru saja dimulai. Tangannya meraih gelas wine baru di atas meja lalu mengisinya dengan wine merah. Dia mengisyaratkan pria yang baru saja berseru untuk bergabung di meja makan.

"Kau bermain dengan baik," ujar Jooheon memuji. Tangannya menyelip ke dalam saku jaketnya, menyentuh botol kecil bersuhu dingin dalam sakunya, membuka tutupnya dengan ibu jari dan menumpahkan isi botol ke jari-jarinya.

Pria itu tersenyum lalu meraih gelas wine yang baru saja Jooheon isi. Pada tegakan pertama, Jooheon hanya menyerngitkan alis, pada tegakan kedua, Jooheon mengeluarkan tangannya untuk merebut gelas wine itu.

"Aku belum mengijinkanmu minum," tegasnya.

Pria itu tersenyum kecil lalu meminta maaf. Jooheon memiringkan kepalanya, mengamati jumlah kelancangan yang pria itu lakukan. Jari-jarinya merayap di sepanjang bibir gelas wine. Lalu menuang kembali wine merah.

Gelas wine yang kembali penuh itu kembali berpindah tangan. Jooheon mengambil gelas yang lain untuk dirinya sendiri dan mengisinya dengan wine. Dia mengangkat gelasnya tanpa memutus kontak mata dengan pria bodoh yang duduk satu meja dengannya. Gelas mereka berdenting lalu wine mereka kandas.

"Untuk apa kita bersulang malam ini?" tanya Jooheon dengan pelan.

Pria itu mengusap sisa wine di ujung bibirnya lalu meletakkan gelasnya. "Untuk memulai kerja sama kita. Dua parasit yang melakukan simbiosis."

Jooheon tersenyum kecil lalu melirik seorang pria lain di atas lantai. Masih merintih karena kesakitan, meringkuk di atas lantai yang dingin. Jooheon melihat darah di paha pria itu dan melirik pria di sebelahnya yang menepuk-nepuk dada dengan keras.

"Sepertinya, bukan itu yang aku rayakan," tukas Jooheon dingin.

Kedua tangan Jooheon menyatu di atas meja. Mata Jooheon masih mengamati gerak lemah pria kecil di atas lantai. Jooheon berulang kali memiringkan kepalanya, mencoba mempertajam pendengarannya. Pria itu menangis dengan lemah. Meringsut ke belakang, mencoba pergi sejauh-jauhnya dari Jooheon dan pria di sampingnya.

"Berapa kali kau melakukannya?" Jooheon bertanya tapi tanpa menunggu jawaban dia kembali berseru. "Tentu kita berdua menikmatinya."

Jooheon melirik pria di sampingnya yang sudah menempelkan kepalanya ke atas meja, mengap-mengap kehilangan napas. Batuk yang keras menyusul kemudian, dengan darah berwarna gelap.

Telling 'bout Us [JooKyun ] (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang