1.1 - Baby, I'm Sorry

2K 133 35
                                    

Jooheon tahu ini bukan candaan.

Dia sangat mabuk setelah menelan lima -atau mungkin delapan- botol beer. Perdebatan jumlah botol beer itu juga tidak akan membantunya menghilangan efeknya yang kian buruk. Seharusnya efek dari minuman itu tidak sehebat ini, tapi nyatanya Joohoen sudah tidak bisa merasakan dirinya sendiri. Lampu-lampu bar yang memang dibuat berputar-putar dengan warna kelap-kelip itu terlihat tidak manusiawi lagi. Jika memang bisa disebut begitu untuk menggambarkan betapa buruk efek cahaya itu pada kesadaran Jooheon.

Pria itu terseok, tersandung karena langkahnya sendiri lalu tahu-tahu sudah jatuh dengan suara berdebum. Tangan Jooheon terinjak, entah itu bagian yang mana. Yang jelas terasa sangat sakit dan beruntung bukan dari sepatu perempuan yang runcing.

Jooheon menarik dirinya seperti bayi yang siap untuk merangkak. Pandangannya mengabur, tapi dia tahu bagaimana cara agar tidak terinjak sekali lagi. Dia mendorong, medesak kanan-kiri-depan-belakang hingga mendapat jarak yang cukup luas untuk bangkit.

Dia mencengkram sebuah bahu, entah milik siapa. Dia hanya perlu sesuatu untuk bisa berdiri tegak. Dia menggelengkan kepala, seakan bisa mengusir rasa peningnya tapi justru menambah buruk kepalanya. Pandangannya berputar dan jika tidak salah, dia melihat tubuh dengan empat kepala.

Wow.

Jooheon tidak tahu kenapa dia merasa kagum.

Semua hal terlihat sangat lucu.

Sekali lagi dia mendorong. Melepas belitan tangan di pinggangnya, kadang di lehernya. Atau kecupan-kecupan basah ketika dia berdiam cukup lama karena, demi semesta, peningnya luar biasa.

Dia tahu penampilannya saat ini sangatlah buruk. Dia bisa mencium bau alkohol dari napasnya sendiri. Keringat membuatnya lengket. Jooheon menggeram pada orang-orang di sekitarnya.

Changkyun, kekasihnya yang paling luar biasa itu, kini berjalan dengan mata berair. Menangis di antara napasnya yang cepat dan pendek. Lalu berbalik dan menghilang di balik tubuh-tubuh yang sibuk bergoyang.

Jooheon pasti kembali menyakitinya dengan bodoh.

Jooheon mendesak maju. Balas menginjak kaki-kaki brengsek yang membuatnya tersandung dan hampir mencium lantai. Dia sebenarnya tidak peduli. Changkyun melangkah dengan terburu-buru. Muncul dan menghilang bergantian di antara orang-orang bodoh. Jooheon hanya memfokuskan matanya pada rambut Changkyun yang berwarna blonde.

Semuanya tampak berputar dan mengabur. Memanjang lalu memendek. Tangan Joohoen menggapai, pada Changkyun yang kian menjauh. Ketika jarak mereka cukup dekat, Jooheon bisa melihat pundak sempit kekasihnya itu bergetar. Karena menangiskah?

Lagi-lagi Jooheon tersandung. Lalu terhuyung dan menabrak tubuh-tubuh yang masih bergerak heboh. Jooheon mendorong, dengan bahunya, kakinya dan bahkan kepalanya. Dia tidak ingin kehilangan Changkyun. Dia harus mendapatkan jawaban kenapa kekasihnya itu tiba-tiba menangis di tengah percakapan mereka, lalu tiba-tiba memukul pipi Joohoen hingga dia jatuh dari kursi barnya. Ketika dia menoleh, Changkyun sudah berlalu dengan wajah merah padam.

Bagian mana yang salah dari Jooheon?

Apa semua ini karena kekasihnya yang terlalu cemburu?

Kenapa lagi-lagi Changkyun tidak mengerti?

Jooheon mulai kecegukan, dan disetiap kali cegukan seolah menarik cairan dari lambungnya untuk meluncur keluar. Jooheon merasa dia akan muntah kapan saja. Tapi Changkyun semakin jauh. Dia mendesak lebih kuat. Tanpa sadar dia pasti sempat menendang seseorang.

Dia masih bisa melihat Changkyun. Surai blondenya yang sama persis seperti milik Jooheon terlihat jelas. Entah kenapa sosok itu lebih menonjol daripada yang lain. Otak Jooheon mencari dengan susah payah dan memilih mengabaikan semua yang tidak jelas di sekeliling mereka. Mungkin karena itulah hanya Changkyun yang terlihat sebagai manusia utuh diantara goresan-goresan kuas di matanya.

Telling 'bout Us [JooKyun ] (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang