DSCS - Undangan Pernikahan!

Mulai dari awal
                                    

Aziz terdiam akan tingkah Syafa yang aneh. Kenapa gadis ini datang menemuinya? Dari gerak gerik ia melihat kegugupan di wajah gadisnya. Apa bisa ia claim gadisnya jika sebentar lagi akan jadi Istri orang.

"Duduklah!"

"Iya, itu em apa Bapak punya waktu untuk berbicara sebentar dengan saya?"

"Hn. Kebetulan hari ini pekerjaan saya sudah selesai. Mau bicara apa?"

"Alhamdulillah kalau Bapak sudah selesai kerja. Tidak di sini, Pak. Apa bisa kita berbicara di suatu tempat?"

"Hn, di taman saja kebetulan kalau sore banyak sekali anak yang.bermain."

"Baik, Pak saya mengikut saja. Terima kasih sudah memberikan waktu Bapak."

Syafa tersenyum tipis akhirnya bisa juga memiliki waktu. Mungkin ini yang terakhir dirinya bisa menemui pemuda dewasa ini. Dengan senyum manis ia menunggu Aziz  yang membereskan bawaan.

Aziz melangkah duluan sebelum masuk ke belakang kampus. Dia tidak tahu ada perasaan nyeri di hatinya entah karena apa. Gadis di belakangnya sebentar lagi akan menikah. Walau tidak tahu kapan gadis ini menikah. Sejatinya sampai sekarang Aziz masih bingung ada gerangan apa Syafa kemari?

💖💖💖

Lima belas menit mereka diam melihat anak kurang beruntung berlarian ke sana kemari. Mereka tertawa keras seolah tidak terjadi apa-apa. Hati Syafa menghangat melihat anak kecil sangat riang. Sementara Aziz begitu senang melihat anak-anak malang itu begitu ceria.

Dalam hati Aziz berharap memiliki keluarga kecil bersama Syafa. Buru-buru ia menggeleng kuat mengenyahkan bayangan di mana dirinya di taman bersama Syafa dan calon anak-anaknya kelak. Dia terlalu jauh sehingga membuatnya pusing memikirkan betapa absurd dirinya.

Untuk Syafa merasa nyaman menatap anak kecil bersama Aziz. Ada perasaan teduh ingin memiliki keluarga bahagia bersama pemuda dewasa ini. Namun, harapan tinggal harapan karena jodohnya bukan Dosennya ini.

"Ada apa?"

"Saya mau memberikan sesuatu."

"Apa?"

Syafa mengambil undangan pernikahan pada Aziz. Dia tertunduk pilu ketika pria ini menerima undangannya. Ia ingin menangis kencang untuk menumpahkan duka hati. Bisakah dirinya bertahan di kala hati meronta ingin menangis. Syafa ingin mengatakan semuanya agar rasa sesak berkurang.

Aziz menerima undangan pernikahan dari Syafa dengan perasaan kalut. Dia bergetar dalam hati melihat nama gadisnya tertera indah. Ia ingin menangis keras meratapi nasib. Aziz mengatupkan bibirnya guna meredam sesuatu agar tidak terlihat menyedihkan.

"Saya akan mengatakan selamat menempuh hidup baru jika sudah hari H."

"Pak, jangan datang ke acara resepsi pernikahan saya," cicit Syafa.

"Kenapa? Bukanya Anda sudah memberi undangan?" tanya Aziz bingung.

"Saya tidak sanggup melihat Bapak datang untuk menyaksikan saya duduk di pelaminan. Saya tidak sanggup Pak melihat Anda datang. Saya memang memberi undangan ini, tetapi jangan datang ini menyakitkan," tangis Syafa.

"Saya akan datang lagian Farhan itu murid saya sewaktu mengajar di pesantren."

Syafa tercengang mendengar jawaban Aziz. Hatinya semakin ngilu saat nama calon suaminya di sebut. Bahkan murid dari Dosen yang masih jadi raja di hatinya. Kalau sudah begini begitu menyiksa akan jawaban sinis Aziz tidak mempedulikan keinginan.

Dalam Sajadah Cinta, Syafa! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang