🌜55. Best Boyfriend.🌛

33.4K 2.6K 738
                                    

Sebanyak apa aku berkorban, sejauh mana aku berjuang, itu hanya sebagian kecil dari seberapa dalam perasaanku untuk kamu, gadisku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebanyak apa aku berkorban, sejauh mana aku berjuang, itu hanya sebagian kecil dari seberapa dalam perasaanku untuk kamu, gadisku.

-Algifary-

¶¶¶

Sebuah bait lagu pernah tercatat berisi kalimat 'Apa yang terjadi, terjadilah. Yang dia tahu Tuhan penyayang umatnya'. Artinya, sesakit apapun hari ini, seberat apapun semua yang kamu jalani, Tuhan menyayangimu.

Hanya saja, kamu yang diuji lebih berat cuma harus berusaha menguatkan hati dan bahumu.

Apa kabar dengan hatimu? Setahuku, manusia yang paling terlihat periang itu adalah sepandai-pandainya insan menutupi masalahnya. Yang lihai menebar senyum, lalu menangis di sudut gelap malam.

Sesekali coba tanya pada hatimu, apa dia tidak bosan untuk berpura-pura dalam keadaan baik? Dan untuk sesaat, kamu hanya butuh untuk dipeluk.

Dan selama itu, semenjak Papanya pergi tanpa harus kembali, Disya menahan semua rasa sakitnya sendirian. Tidak ada yang meminjamkan bahu, tidak ada yang mengusap air matanya yang jatuh. Tidak ada.

Hati dan perasaannya seakan berkarat oleh luka, dan ia terlalu jauh bersembunyi di balik topeng seorang gadis angkuh.

Sampai hari itu datang, setelah semua ujian, Tuhan mendatangkan seseorang sebagai penawar sakit sekaligus cinta pertamanya-Algi. Algi yang selalu berjanji jika semuanya akan baik-baik saja.

Algi yang terlalu sabar menghadapi segala hal buruk yang Disya miliki. Mereka melawan banyak orang serta masalah hanya demi terus bersama.

Iya. Alginya yang tidak pernah jenuh memperjuangkan dirinya. "Kak, semuanya baik-baik aja, kan?"

Rovez menggeleng. "Saya cuma berharap pihak rumah sakit memiliki banyak persediaan stok darah."

"Algi kehilangan banyak darah?" tanya Disya lagi. Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan.

Lagi, Rovez menghembuskan napas pendek. "Tapi sudah ditangani dengan baik. Di sana juga sudah ada Galins dan Naufal."

Kenapa rasanya mobil yang Disya tumpangi serasa lambat berjalan. Sejak tadi pun gadis itu meminta sopir untuk mempercepat lajunya.

Sesampainya di rumah sakit, Disya langsung membuka pintu mobil lalu berlari masuk ke dalam. Rasa khawatir membuncah hebat membuatnya sesak. Tanpa perlu bertanya, cukup dengan melihat Galins dan Naufal berdiri di depan sebuah pintu ruang rawat. "Algi gimana?"

Galins diam. Naufal diam. Keduanya berpandangan cukup lama. Biasanya, Naufal bisa saja menyeletuk aneh. Tetapi kali ini raut mukanya sendu. "Fal, Algi mana?"

Disya beralih pada Galins, menyorot pemuda jangkung itu tajam. "Ga,"

"Di dalem," jawab Galins singkat membalas tatatap Disya tak kalah datar.

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang