🌜9. Siksaan Batin.🌛

32.1K 2.4K 219
                                    

Gue gak mau munafik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue gak mau munafik. Yang cantik emang mudah untuk diminati, tapi yang baik dari hatinya, susah untuk ditinggalkan:)

-Algifary-

¶¶¶

Asap rokok berulang kali mengepul ke udara. Zendro menatap dingin ke arah gelas berisikan white wine yang terletak di hadapannya. Pikiran si cowok kulit putih penuh oleh bayangan Disya.

Bagaimana ketika Disya menangis.

Ketika Disya sedang marah-marah.

Saat si pirang melotot lalu mengomel, tak lupa juga berteriak seakan siap meledak detik itu juga. Iya, Zendro memikirkannya.

"Bangsat!" Maki Zendro menekan kuat-kuat puntung rokoknya ke dalam asbak. "Cewek sialan! Gue gak mungkin suka sama lo! Gak akan gue biarin senjata makan tuan di sini!"

Tekad Zendro bulat. Ia tak pernah ditaklukkan oleh siapapun sebelum ini. Xizendro Mertopa adalah seorang cowok dengan sejuta pesona. Menjatuhkan siapa saja sesuai keinginan. Lalu suara ponselnya membuat Zendro mengumpat.

"Halo!"

"Selamat malam, Tuan Zendro. Kami dari pihak rumah sakit melaporkan kondisi Tuan Reyga. Dia-"

"Saya ke sana sekarang." putus Zendro memakai jaket kulit hitamnya.

"Mau ke mana, Kak?" Lessy berdiri di ujung tangga. Bertanya kenapa kakaknya itu terlihat sangat buru-buru.

"Ke rumah sakit. Kondisi Reyga gak baik." Zendro menjawab tanpa berbalik.

Lessy mengangguk paham. "Ya udah, hati-hati."

Setelah mendengarkan adiknya, Zendro berbalik. "Lo gak pengen ikut?"

"Ampun deh, Kak. Terakhir gue ke sana, gue hampir dicekik, abis itu mau dicium. Sambil ngeracau Dis... Dis apa gitu, lupa gue." Lessy mengingat kejadian saat Reyga mengamuk.

Setelah dibekuk polisi, mereka melakukan pemeriksaan. Nyatanya Reyga tidak perlu ditahan, melainkan harus mendapatkan penanganan dan masuk panti rehabilitasi.

"Dasar lemah!" acuh Zendro berlalu.

"Lo sama gilanya kayak Kak Reyga!" seru Lessy kesal.

•••••••••

Sesampainya di rumah sakit, Zendro dilarang masuk dan hanya melihat dari balik dinding kaca. Seorang dokter keluar. "Saudaranya?"

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang