🌜11. Weird Feeling.🌛

29.7K 2.2K 73
                                    

Si brengsek adalah, dia yang selalu menjadikan cantik sebagai patokan ketertarikan, bukan bagaimana hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si brengsek adalah, dia yang selalu menjadikan cantik sebagai patokan ketertarikan, bukan bagaimana hatinya. Silahkan hujat;)

-Algifary-

¶¶¶

Di tengah pantauan adegan menegangkan di dalam sana, terbesit pula rasa tidak tega. Setan macam apa yang sedang menghasut Zendro, bahwa pemandangan tercekiknya Disya adalah tontonan live paling menyenangkan yang pernah ada.

"T-o--tolong, Zendro!" teriak Disya di sisa tenaga yang ia miliki. Wajah Disya memerah menahan sakit di lehernya.

Ulang. Tunggu. Ini adalah kali pertama Disya memanggil Zendro dengan nama. Zendro bergetar, rasanya begitu menghangat saat Disya memanggil namanya.

Dan entah malaikat mana yang membisikkan, hingga Zendro membuka pintu bercat putih itu dengan kasar. "Reyga, Reyga lepasin dia."

"Pergi lo! Jangan coba ikut campur, ini urusan gue. Dia milik gue, cuma milik gue!" Reyga berteriak lantang.

Tidak ada pilihan lain selain menarik tangan Reyga secara kasar agar terlepas dari leher Disya. Gadis ini tidak menangis, tapi lebih kepada meringis menahan sakit.

"Gue bilang lepas, Rey! Lo bisa bunuh dia!" bentak Zendro nyaring.

Cekikan itu mengendur, berbalik pada Zendro yang kini malah menjadi sasaran amukan Reyga. Disya sudah batuk-batuk. Menghirup udara dengan rakus.

Reyga memperkuat cekikannya. "Lo udah ganggu gue! Lo ganggu gue!" Reyga sudah seperti orang kesetanan. "Gak ada yang boleh ganggu gue! Gak ada yang boleh rebut Disya."

"Reyga, lo gak waras!" Disya giliran berteriak ketakutan. "Lepasin Zendro!"

Mendengar lagi suara Disya, Reyga berbalik perlahan-lahan. Begitu menyadari hal itu, Zendro bergerak gesit memeluk tubuh Disya, sebelum Reyga kembali menjangkau.

Zendro memeluk Disya erat-erat, sementara itu Reyga menghujam punggung Zendro dengan tinjunya. "Lepasin dia! Dia milik gue, Zen! Lo gak boleh sentuh punya gue!"

"DOKTER!" Zendro berteriak, yang langsung mendapat tanggapan dari beberapa dokter dan perawat.

"Ya Tuhan! Suster, cepat ambil obat penenangnya!" perintah dokter tadi. "Kamu, ambil tali di ujung ranjang itu!"

Saat dokter sibuk dengan tugasnya, Zendro secepatnya menarik Disya dari ruangan itu. Membiarkan Reyga menjeritkan nama Disya, sebagai bentuk tidak terima.

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang