🌜48. Titik Terang.🌛

32.9K 2.5K 528
                                    

Bentuk kekuatan nyata adalah saat malang menimpamu berkali-kali, dan kamu tetap memilih untuk bertahan lagi dan lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bentuk kekuatan nyata adalah saat malang menimpamu berkali-kali, dan kamu tetap memilih untuk bertahan lagi dan lagi.

-Ladisya-

¶¶¶

Mencintai dan dicintai adalah sebuah kebutuhan. Dalam hidup, kamu tidak harus berharap untuk dipertemukan dengan yang terlihat luar biasa, pun pandai mengolah kata.

Kamu hanya memerlukan orang yang membuatmu nyaman dan akan tertawa bersamanya kapan dan di mana saja.

Percayalah, dibersamakan dengan seseorang yang memperlakukanmu terhormat adalah hal yang tak bisa disepelekan.

Jika tangismu mulai menjadi sumber rasa sakitnya, tolong bertahanlah bersamanya.

Apartemen, pukul 22:49.

Berhadapan dalam hening, ditemani detak jam serta sunyi malam. Di sinilah Algi dan Disya, apartemen mewah milik Rovez. Membawa Disya pergi adalah pilihan Algi. Tak peduli pada teriakan Ibu Disya.

Tak menghiraukan Disya yang ingin bertahan dalam siksaan. Algi hanya ingin melihat Disya baik-baik saja.

Memastikan Disya tidak menangis lagi. Mengobati luka Disya, mengusap air mata juga bercak darah di sudut bibir, pelipis dan mata.

Algi memeras kain kecil yang tadi ia celupkan ke mangkuk berisi air hangat. Air yang tadinya jernih, berubah merah.

Dalam diam dan tatapan redup mengerikan, Algi membersihkan luka di wajah Disya. Meringis tertahan saat menempelkan kain pada bagian yang memar.

Mata Algi semakin memerah. Dirinya yang terlahir sebagai lelaki dan tentunya memiliki fisik kuat, tak pernah mendapatkan luka semengerikan ini.

Jangankan ditampar, dicubit kecil oleh sang Ibu saja tak pernah sama sekali. Lalu, sekarang di depan mata Algi ada seorang gadis yang sama sekali tak mengaduh kala sekujur tubuhnya terdapat luka bertubi.

Algi berubah bisu dan kehabisan kata. Semua yang Algi lihat seperti tak nyata. Ilusi dan teramat sanksi. Entah kenapa sekarang Algi ingin menangis saja. Memikirkan dirinya ada di posisi Disya, Algi tak yakin ia mampu.

Mungkinkah keinginan Disya bunuh diri tempo hari karena didasari hal ini?

"Al," panggil Disya lirih saat Algi tak mau mengeluarkan sepatah kata. "Kenapa kamu diem aja dari tadi?"

Mata Algi semakin memerah. Persetan jika ia terlihat lemah. Bertengkar dan membawa pulang luka bekas tonjokan saja tak sebegini parahnya.

Masih tetap diam dan kembali mengompresi luka kekasihnya. Algi benar-benar ingin menggantikan Disya sekarang juga. "Al, ngomong sesuatu. Jangan bikin aku makin ngerasa kesepian."

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang