🌜17. Salah Sasaran.🌛

28.7K 2.3K 82
                                    

Dilema seorang cowok ketika jatuh cinta, terletak pada bagian dimana mereka memilih antara memendam, atau menyatakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dilema seorang cowok ketika jatuh cinta, terletak pada bagian dimana mereka memilih antara memendam, atau menyatakan.

-Algifary-

¶¶¶

"Pesen apa aja, gue yang bayar." Galins mengambil duduk bersamaan dengan Inara.

"Beneran, Ga? Waah... lo beneran sahabat terbaik!" puji Naufal.

"Makan banyak, Fal!" seru Algi riuh.

"Bukan lo berdua! Cuma Inara." sergah Galins membuat Naufal menjebe.

Keempat orang itu makan dengan tenang. Hanya terdengar kekehan Naufal yang sedang asik dengan ponselnya.

"Eh, aduh."

Melihat Inara yang bibirnya berlepotan saat makan, inisiatif untuk membersihkan bibir cewek itupun kompak membuat Galins dan Algi mengambilkan tissu.

Gerakan keduanya terhenti, membuat Inara bergantian menatap tangan Algi dan Galins. Yang ditatap ikutan saling melempar lirik.

Ke-isengan Naufal benar-benar berguna saat ini. Tangan Naufal yang terlebih dulu mengusap bibir Inara. "Aduh... makan yang bener dong, polos."

Terdengar tawa Inara, Naufal pun ikutan tertawa. "Cantik ya kamu, Naufal syukak!"

"Gue ke toilet bentar." ujar Algi menghilangkan gugup setelah adegan absurd barusan. Rasa canggung mendominasi keadaan, dan Algi tidak nyaman.

••••••••••

Hanya ada satu hal yang bisa membuat mood Disya memburuk. Yakni, ketika sang Mama sedang memberinya siksaan, maka semua orang akan terlihat seperti setan di mata Disya.

Kini, jumlah penurun suasana hatinya bertambah, dan alasannya adalah Zendro. Ditambah beberapa jam yang lalu Disya ditolak mentah untuk dekat-dekat dengan Galins.

"Harusnya tadi tuh lo lebih mepet, Sya. Nemplok ke Galins lebih deket gitu." seperti biasa, Shinta menggebu.

Selanjutnya Elin. "Bener, Sya. Tadi tuh lo kurang mendalami peran."

Terakhir, Riri angkat bicara. "Iya Sya, coba tadi lo sosor aja kak Galins langsung, biar si kuman itu menjauh."

Disya mempercepat langkahnya. Koridor terasa lenggang karena semua menepi jika itu Disya yang melewati. Ibaratnya sudah pusing, ditambah diminta untuk berputar-putar lagi.

"Cewek cantik, suit!" apa lagi ini? Seorang cowok bersiul mengikut di belakang Disya.

"Aduh... Kakak kelas cantik, cuek amat si..." mereka terdengar berisik, menyulut api kemarahan Disya kian berkobar.

Shinta melotot. "Anak baru deh keknya, euww..."

"Hoh, dia belum tau siapa Disya. Sialan ni bocah." sambung Elin keki.

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang