🌜43. Hold Up, Dear.🌛

33.8K 2.3K 477
                                    

Cinta, penerimaan sepenuhnya ialah saat seluruh dunia menolak hadirmu, sementara aku hanya mengharapkan kehadiranmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta, penerimaan sepenuhnya ialah saat seluruh dunia menolak hadirmu, sementara aku hanya mengharapkan kehadiranmu.

-Algifary-

¶¶¶

Pengorbanan dalam cinta sangat amat lumrah terjadi. Melihatnya baik-baik saja meski kamu sendiri harus merasakan sakit karena luka. Baik luka nyata, maupun yang tak berdarah.

Hanya satu keinginan, dia bahagia dan kamu juga ikut merasakannya. Iya, itu cinta.

Namun ada sebagian lagi yang tak mampu memaknai cinta yang sebenarnya. Buta akan perasaan, lalu tanpa sadar bahwa yang dirasa ialah obsesi semata.

Peluru lolos dari sarangnya, tepat di bagian perut Disya yang tertutupi baju berwarna hijau lumut, kini basah berlumur darah.

Algi membeku mendengar suara meledak khas senjata api, berbalik dan mendapati Disya berdiri kaku menatap darah di tangan yang sudah melumuri.

"Disya..." gumam Algi sigap menangkap Disya yang kini ambruk di pelukannya.

Reyga sendiri sebagai pelaku bergetar hebat. Belum lagi dari kejauhan, Zendro yang kini menegang dengan raut pucat serta keringat dingin memenuhi pelipisnya.

Hanya satu yang tersenyum puas, tak lain adalah Lessy. "Turut berduka cita kakakku, sayang..."

Napas Disya tersengal-sengal, merasakan pusing luar biasa juga pandangan yang kian mengabur. Algi gemetar melihat darah segar semakin deras mengucur dari perut kekasihnya. "Disya bertahan, please!"

Melemparkan pistolnya jauh, Reyga berlari mendekat dengan air mata mengalir tanpa jeda. "Disya, maaf... Maafin gue. Bu-bu-bukan lo sasarannya!"

"Menjauh bangsat!" Algi mendorong kasar dada Reyga hingga terduduk di tanah.

Orang-orang mulai berdatangan, menjadi penonton dan bahkan ada yang terang-terangan mengambil video dengan ponsel mereka.

"Al, sa-sak- ssshh sak-it..." lirih Disya terputus-putus.

Mata Algi memanas bercampur panik luar biasa. "Telepon ambulans, tolong!"

Tak terima akan dorongan Algi, Reyga bergerak ingin menyerang tetapi segera ditarik kerah bajunya oleh Zendro hingga Reyga terlempar jauh.

"Disya!" Zendro datang membelah kerumunan. Berlutut penuh kekhawatiran.

Tangannya yang bergetar tak lantas membuatnya hilang fokus untuk menghubungi ambulans. Polisi yang entah kapan tiba, bertanya kepada beberapa saksi mata kemudian menunjuk Reyga sebagai pelaku.

"LEPASIN! SAYA GAK SALAH WOI, POLISI ANJING!" ronta Reyga tak terima ia ditangkap kemudian dua tangannya diborgol.

Berusaha tidak memperkeruh suasana, Algi tidak ingin mengurusi hal tak penting saat Zendro sendiri ada di sana turut panik seperti dirinya.

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang