Senja Kota Tua

212 27 5
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Tak banyak yang berubah dari yang lalu, tak banyak yang berulah dari mirisnya rindu, tak banyak yang berjumpa dari panasnya waktu.

Senda yang menghiasi wajah cantiknya sudah bersembunyi pada awan hitam di langit mendung kota tua.

Tepat hari ini akan menjadi torehan baru, pada diri yang kehilangan separuh hati.

Chaewon mungkin terpuruk tapi dia tidak melakukan hal yang buruk, dia masih tetap menjaga diet tapi dia gagal menjaga hati.

Dia tak lalai dalam tugasnya, tapi ia lalai dalam hatinya. Ini bukan kali pertama dia diberi hati lalu ditinggal pergi.

Juga bukan pertama kali disakiti, ini sudah berkali kali. Tapi Chaewon tetaplah akan selalu menjadi seorang pengagum Dongju dari sisi manapun yang ia lakukan.

Chaewon menatap lurus pandangan dengan hampa, menyisakan pelupuk air yang mulai hampir luruh namun tertahan.

Pandangannya terhalangi oleh sebotol minuman isotonik didepan wajahnya, hal ini membuat kesadarannya kembali lagi.

"Jangan ngelamun kayak gitu, kita gak tau ada orang jahat apa nggak disini,"

"Makasih,"

"Ngapain pergi disini sendirian?"

"Kamu kok tau aku disini?"

"Aku liat lokasi kamu disini," seseorang itu menampakkan layar ponsel pribadinya.

"Masih disimpen itu aplikasi?"

"Iya, jaga jaga aja kalo kamu diculik,"

"Ish Yohan!" Chaewon menjeda kalimatnya, "atau kamu emang udah sering ngikutin aku?"

"Enggak sih, baru kedua kalo gak salah," jawab Yohan.

Pemandangan Kota Tua tidak terlalu menyiksa hati, masih ada kebahagiaan terlintas dari larian anak kecil mengejar anjingnya.

Chaewon merasa tertular kebahagiaan hanya dengan melihat tawa dari dua pasangan yang berjalanan beriringan menikmati keterlambatan senja yang akan berganti hujan gerimis.

Awan telah melukiskan warna abunya bersanding manja pada burung burung kecil yang tampak riang bermain petak umpet di balik gemasnya awan.

Daun daun melambai gemulai didekat tubuh Chaewon mengisyaratkan untuk istirahat sejenak dari padatnya hiruk pikuk Jakarta.

Kepala Chaewon ditopang kan pada bahu Yohan yang tegas, walau tampak sedikit terkejut Yohan membiarkan putrinya untuk bersandar.

"Kangen bunda," kata Chaewon.

"Telfon, ajak ngobrol sebentar," dibalas oleh Yohan.

"Kenapa dia kayak gitu sih han, aku salah apa coba,"

"Kamu salah, salah banget," Yohan menatap Chaewon yang mengangkat kepalanya dari bahu nyaman itu.

"Kamu seharusnya ngomong, jangan dipendem kayak gini, inget kata Yuri kemarin? Kamu itu batu disuruh bilang gak mau tapi waktu udah kayak gini akhirnya juga nangis kejer,"  Yohan

Tak dijawab apapun oleh Chaewon, dia hanya meneteskan satu airmata dari kiri matanya. Ditambah segukan yang sedikit ditahan malu.

"Jangan nangis disini, diliatin banyak orang," Yohan menarik tangan Chaewon, menuju parkiran mobil.

Chaewon menepis tangannya, "kenapa?, Aku salah kan?"

Mereka berdua menjadi bahan perhatian penjual minuman, Yohan melihat sekitar dan mulai menggenggam tangan Chaewon.

"Kamu boleh marahin aku, tapi jangan disini ayo ke mobil aja," tawar Yohan.

"Iya aku bodoh banget, gak ngomong apa yang harus aku omongin sejak lama," Chaewon menghapus air matanya dengan cepat, "Tapi coba kamu jadi aku, kamu pasti ngelakuin hal yang sama.

"Dengan alasan apa aku harus jadi kamu?" Tanya Yohan

"Kamu gak ngerti rasanya minder, diam diam suka sama kapten basket yang notabene most wanted di sekolah, aku dibanding dia gak ada apa apanya Han," ucap Chaewon dengan sangat cepat.

Langkah sigap yang dilakukan Yohan dengan segala pesonanya dia merengkuh tubuh kecil itu dengan posesif, tak membiarkan orang yang didalamnya bisa terlepas.

"Don't cry please, aku ikut sakit hati liatnya,"

"Lepasin Han,"

"Why?" Mereka masih pada posisinya.

"Engap tau gak, bau keringet sumpah,"

Yohan lantas melonggarkan pelukannya, "Yaiyalah, orang aku abis latihan terus liat kamu gak disasana, katanya kamu pulang duluan, malah main disini,"

"Kata siapa?"

"Kata pak Sihun,"

"Nggak mandi waktu kesini?"

"Hehe nggak sih, udah kepikiran kamu aja,"

"Pingin ngilangin jenuh, Han,"

"Ke locarasa yuk, i'll pay," ajak Yohan.

"No need, aku yang bayar,"

"Okay deal,"

"Sekarang?" Tanya Chaewon.

"Terserah, tulat juga boleh," balas Yohan.

Chaewon memeluk lengan Yohan, membuat Yohan yang hendak melangkahkan kakinya harus mengurungkan kakinya.

Diambilnya tolehan sedikit kearah samping dengan  pandangan yang hanya menampakkan ubun ubun kepala milik Chaewon.

Serasa mendapat tilikan, Chaewon lantas mengurungkan tangannya untuk memeluk — sebelum jemarinya dikaitkan pada sela jari jari besar dan menggenggam tanda tak rela pergi.

Chaewon menatap lamat dua mata juga kantung yang menggantung dibawah netra, dengan mengisyaratkan 'ada apa?'.

Hanya senyuman tipis yang belum merekah diantara mata yang mulai berbentuk sabit, juga balasan genggaman tangan menjadi patokan dari akhir kesempatan ini.



🥊🥊🥊

Selamat dipingit selama dua minggu rek!

Jgn bandel kalo harus belajar dirumah dulu, jaga kesehatan sering-sering cuci tangan, kurangi aktivitas diluar rumah. Stay save semuaa!!!

Kalian mau happy ending // sad ending?

All Refused [Kim Yohan × Kim Chaewon] Where stories live. Discover now