Dia yang patah hati

209 29 10
                                    

Eksemplar, nyata, Lena -ny


Matahari telah menjadikan langit sebagai ajangnya membuat mahakarya indah yang tidak akan ada duanya.

bertambah senyuman tipis dari seorang pengagum senja dengan segala kenangan nya.

lama sudah dia menatap lamat langitan merah jingga dan juga perpaduan warnanya.

siapapun akan bahagia dengan caranya tersendiri, tapi mungkin tidak kali ini untuk seseorang yang menyeduhkan air hangat pada secangkir daun kering.

"Chaewon, wanna go home?."

"duluan aja, gw nunggu jemputan."

"gausah biar aku yang anterin kamu pulang."

"iya sayang antarkan dia pulang."

persetan dengan orang ketiga.

bagaimana bisa para lelaki dengan mudahnya memberikan secerca harapan pada wanita jika dia hanya ingin menyakiti wanita itu?

baru saja dia merasa indah dan juga terbang.

belum sampai diangkasa saja sudah dijatuhkan seperti ini, apalagi ketika sudah terlalu tinggi nantinya.

Son Dongju, mungkin lebih mudah memanggil dia Xion.

yang selama ini aku bangga banggakan, nyatanya dia sama saja seperti lelaki lainnya.

dia bilang aku yang satu, tapi nyatanya aku bukan satu satunya namun salah satunya.

Kalau aku berbonafide kala ini pasti wanita di depanku ini pasti menangis tersedu-sedu sampai mata elangnya sudah berubah merah dan berair dimana mana.

Parasnya yang cantik juga sikapnya yang lemah lembut membuat siapa saja akan jatuh hati melihat Surai hitam miliknya.

Aku mengambil gawai yang sudah tergeletak diatas meja beberapa saat yang lalu, aku menunggu balasan dari atletku.

Mungkin sekarang aku ingin menyublim saja rasanya ketika tak ada jawaban, melainkan tulisan baca diatas jam yang kukirimkan pada pesan.

Ayolah Yohan.

Aku menatap nanar arloji udang yang sudah melekat pada tangan kiriku sejak aku duduk di bangku SMA, anganku kembali pada waktu bertemu dengan dongju pada awal tahun kedua sekolah atas ku.

Wajah ku sudah tak berbentuk kali ini, sangat asam mungkin kandungan pH nya sangat dibawah 7.

Suara derap langkah membuatku terfokus akan suatu orang dengan jaket jeans terlampir pada pakaian atasnya, dengan langkah yang seperti tergesa dia mendekati meja kami, bertiga.

Akhirnya dia datang, walau dengan wajah garangnya.

Dia menatapku sebentar lalu menaikkan sebelah alisnya. Mungkin aku harus melakukan sesuatu.

"Si, gue duluan ya,"

Xion langsung menjawab, "Serius gak mau aku anter aja?"

"Terus ngapain gue kesini kalo ga jemput dia, ayo Chae," Yohan menarik tas juga ponsel milikku lalu berbalik meninggalkanku.

Tak punya pilihan lain kecuali mengikutinya dari belakang, walau dengan sedikit mempercepat langkahku.

"Han jangan cepet cepet dong," Chaewon

"Gue harus ke rumah sanboenim sekarang, Lo pake acara minta jemput pula," Yohan langsung membuka pintu mobilnya.

Aku terdiam didepan mobil Yohan, sambil menatap sepatu ku yang tampak kotor pada sisi kanannya.

All Refused [Kim Yohan × Kim Chaewon] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang