Azab Pacaran

44 6 0
                                    

🍁🍁🍁

         Hari ini aku pulang telat dan syukurlah Windu pacarku mau menjemput ke sekolah. Hari semakin gelap saat kami sedang dalam perjalanan, sehingga Windu membelokkan jalannya ke gang kecil yang memang jarang kami lewati karna katanya berbahaya, aku tak tahu itu berbahaya karna ada binatang buas, melewati hutan atau ada orang-orang jahat, aku tak tahu, tetapi yang pasti semoga kita berdua sampai rumah dengan selamat.

"Sin! Kamu lihat sesuatu gak?"

"Apa Du? Aku gak lihat apa-apa."

"Oh, mungkin cuman perasaanku aja kali," ucapannya terdengar meragukan di telingaku, tetapi aku hanya diam tidak merespon. Sampai tiba-tiba Windu menghentikan motornya di jalan yang sepi.

"Kenapa, Du?"

"Motornya mogok, Sin."

"Yah ... trus gimana dong? Mana tempatnya sepi lagi."

"Kita cari bantuan aja, siapa tahu di sekitar sini ada orang yang bisa bantu kita."

"Yaudah, deh."

Aku dan Windu akhirnya menemukan sebuah gubuk tua di tepian jalan, terhalang oleh pepohonan tua yang mengelilinginya.

"Sejak kapan di sini ada rumah, Du?" tanyaku penasaran sambil sesekali melirik ke kiri dan kanan.

"Aku juga gak tahu, mungkin karna terhalang pohon besar ini, jadi enggak keliatan rumahnya. Yuk, kita ke sana siapa tahu ada orang yang bisa bantu kita."

"Kamu aja deh, aku tunggu di sini."

"Yakin gak mau ikut? Yaudah, aku ke sana dulu kamu hati-hati."

Aku hanya bisa mengangguk dengan gelisah, perasaanku menjadi tidak enak, aku merasa sedikit aneh dengan gubuk itu, aku pernah beberapa kali melewati jalan ini tetapi tidak pernah sekalipun aku melihatnya.

"Sin, ayo ke sini!"

"Gimana? Ada orang?"

"Ada, mereka menyuruh kita masuk dulu."

Dengan terpaksa aku mengikuti Windu masuk, di dalam ternyata bersih dan rapih tak seperti yang aku bayangkan. Aku melihat ada nenek tua menghampiri kami, nenek itu tersenyum menyambut kami masuk.

"Sini Nak, masuk! Nenek sudah menyiapkan makanan buat kalian," ucap nenek itu dengan senyum yang memperlihatkan dua giginya yang sudah menguning.

"Eng—" ucapanku terpotong oleh suara nenek itu.

"Jangan menolak Nak, ini sudah malam, pasti kalian laper kan?"

"Engga—"

"Iya Nek, kami laper, hehehe ...," jawab Windu memotong ucapanku.

"Yasudah, mari masuk," ucap nenek itu kemudian berlalu pergi ke ruangan yang kukira dapur.

"Kamu apa-apa sih, Du!"

"Aku laper Sin, lagian kan cuman makan doang."

"Apanya yang cuman! Kalo kita di racun gimana?"

"Gak akan, percaya deh sama aku."

"Kamu kok bisa percaya gitu sama tuh nenek," ucapku dengan heran.

"Aku laper Sin."

"Aneh," gumamku kesal lalu mengikuti Windu yang mulai masuk mengikuti nenek tadi berjalan.

Di dalam aku melihat nenek itu menyiapkan berbagai macam makanan daging.

"Nek, kok makanannya banyak banget?" tanyaku penasaran, masa iya seorang nenek-nenek makan sebanyak ini.

Kumpulan Cermin Where stories live. Discover now