31

29.5K 1.7K 24
                                    

"Bolehkah aku bertanya? Terbuat dari apa hatimu sehingga aku susah untuk mengetuknya? aku semakin penasaran denganmu!"

-Devan Pradipa

🍁🍁🍁

Hari ini Devan bersekolah tampak seperti biasa, rencananya Devan ingin kekantin menemui sahabat-sahabatnya tapi terhalang oleh segerombolan fansnya. Sampai disatu titik ia menemukan gadis yang selama ini memenuhi pikiran-nya siapa lagi kalau bukan Mikha, gadis yang mungkin tak pernah terpesona dengan-nya. Melewati Devan dengan santai tanpa menyapa tanpa melirik.

Devan mengejar Mikha meninggalkan seluruh fans-nya itu, menggenggam tangan Mikha membawa-nya ke taman belakang sekolah.

"Lepas!" kata pertama yang keluar dari mulut Mikha tanpa menoleh ke arah lawan bicara-nya.

Devan melepas genggaman-nya "gue minta nomor wa lo!" ucap Devan.

Mikha tak menjawab ucapan Devan ia langsung meninggalkan, Devan dengan cepat Devan menahan pergelangan tangan Mikha.

"tunggu! Kenapa sih lo tuh gak bisa natap gue, ngomong panjang lebar gitu, Kenapa?!" tanya Devan yang senantiasa menatap Mikha yang tak kunjung menatapnya balik atau pun menghadapnya.

"hm!" ucap Mikha ia melepaskan cekalan tangan Devan dengan paksa.

Perlu kalian tahu jika Mikha juga pandai bela diri sama seperti Clarissa karna itulah mereka berteman termasuk Salsa walaupun tidak sejago Clarissa dan Mikha tentunya.

Lagi-lagi Devan tertampar oleh kenyataan, haruskah ia berjuang mati-matian kali ini? Kenapa ia harus pusing dengan gadis bernama Mikha itu toh banyak gadis lain yang cantik mengantri jadi pacar Devan, tapi ini beda sangat beda manteman Devan sepertinya terlanjur penasaran dengan Mikha atau sudah jatuh cinta? Entahlah biarlah hati yang berbicara nantinya.

Devan berlari kencang menuju rooftop tanpa memperdulikan tatapan kagum dari fans-nya dengan perasaan yang campur aduk tapi lebih dominan emosi. Saat sampai di atas ia tak menyangka jika teman-temannya ada di sana, Devan kira mereka semua ada di kantin, Devan bukan berjalan mendekat kearah teman-temannya tapi malah duduk menjauh dari teman-temannya ia butuh sendiri ia butuh menyalurkan emosi-nya mungkin dengan cara teriak?.

"Arghh!" teriak Devan.

Mereka semua sedang bersantai memakan makanan yang mereka beli dikantin barusan. Mendengar teriakan Devan membuat mereka memperhatikan Devan dengan seksama tanpa berniat untuk mendekat kearah Devan yang kini berada agak jauh dari tempat mereka duduk, entah sudah berapa kali Devan berteriak seperti itu mereka semua menjadi pendengar setia teriakan Devan.

Setelah selesai melakukan kegiatan yang unfaedah itu, Devan berjalan gontai ke arah teman-temannya. Devan duduk di samping Clarissa dan menyenderkan bahu- nya di sofa. Tak ada yang berniat bertanya prihal Devan, mereka semua malah asik dengan kegiatan masing-masing seperti tak perduli dengan sosok yang sedang fustasi tersebut.

Brak

Devan mengeprak meja karna kesal, tak ada yang perduli dengan-nya atau mungkin Devan bukan teman mereka lagi? Ah itu semua tambah membuat Devan pusing, ditambah lagi sekarang teman-temannya menatap datar kearah-nya saja tanpa membuka suara.

"lo semua tanya kek gue kenapa gitu,
ini malah ngeliatin aja!"

Galen mengubah posisi duduk-nya mengarah Devan sepenuhnya "ya udah ya...Lo kenapa van? Tadi kalau gak salah nih ya kalau gak salah nih berarti bener kan! Tapi kalau salah lo jangan marah ya tapi..." ucap Galen terpotong karna Devan.

Salsaka [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang