Surat Merah Muda

6.9K 485 11
                                    

Sudah hampir seminggu soffi berada di pesantren, ia sudah hampir terbiasa dengan bangun subuh, kerudung, makan seadanya, ngantri mandi dan lainnya.
Kali ini setelah selesai shalat isya' berjamaah soffi dan yang lainnya berlarian keluar mesjid. Disepanjang jalan soffi terus menggoda pipit.

"Ssst sst santriwati" soffi mendengar suara lelaki yang memanggil, ia melirik pipit.

"Pitt, denger ada suara cowo?" Pipit mengangguk dan berpikir

"gimana kalau santri putranya ada kepentingan. Makannya ia manggil kita". Mereka terus berpikir apakah harus menemui santri putra yang tadi memanggil.

"Pit, kamu samperin. Nah aku tunggu di sini ya, jaga jaga kalau ada ustadzah" pipit menangguk dan berlari ke arah pintu belakang.

"Ada apa keperluan apa akhi?" Ali yang sudah kesal menunggu santriwati itupun beranjak dari tempat duduknya.

"Ana mau nitip surat nih" pipit kaget dan takut menerimanya, bagaimana jika ia di hukum gara gara ketahuan mendapat surat dari santri putra.

"Tapi ana ga bisa, nanti kalau ketahuan ana di hukum ustadzah".

Didepan sana Soffi sedang mengawasi apakah ada ustadzah yang datang atau lewat. Ia terus mundar mandir sambil melihat jam di tangannya. Pipit lama banget elah, gumamnya dalam hati.

Pucuk di cinta ulampun tiba, soffi melihat ustadzah safira yang baru saja pulang dari mesjid akan melewati jalan ini. Ia buru buru menghampiri pipit

"Pitt, lama banget. Cepetan ada ustadzah safira" mereka panik begitupun dengan ali ia langsung lari

"tapi, i-inii gimana kalau ketahuan ustadzah" soffi tak peduli ia menarik tangan pipit yang masih membawa surat tadi.

Gubrakk, selalu saja entah sudah keberapa kalinya soffi terjatuh.

"Ukhti, ukhti sedang apa disana?" Ustadzah safira menghampiri soffi yang jatuh di tanah. Pipit membantu soffi berdiri.

"Ukti soffi ga papa?" Soffi tersenyum sambil menepuk bagian belakang mukena yang kotor.

"Ga papa ustadzah". Ustadzah beroh ria

"ya sudah, kembali ke asrama. Sebentar lagi masih ada pengajian kan?" Mereka mengangguk dan berpamitan kepada ustadzah.

Asrama khadijad

"Untung aja ga ketahuan ustadzah yaa pit" shila dan aisya yang mendengar pipit dan soffi kecapekan langsung turun dari ranjang dan menghampiri mereka.

"Kalian kenapa toh, kayak habis dikejar setan?" Soffi langsung menyuruh mereka mendekat

"malahan ya kita dikejar sama yang lebih serem dari setan. Tau ga ?"

pipit, shilla dan aisya menggelengkan kepala dan terus mendekat ke arah soffi karena penasaran

"Cepet atu soffi jangan buat kita penasaran" pipit greget dengan soffi yang menggantungkan ucapannya.

"Lho bukannya pipit ikut sama soffi tadi?"
Pipit hanya tersenyum dengan ucapan aisya.

"Abis dikejar ustadzah safira" soffi terus saja tertawa terpingkal pingkal berbeda dengan shilla, aisya dan pipit.
Aneh, gumam mereka bertiga melihat soffi.

"Ehh pipit, tadi kamu di titipin apa sama santri putra?"

Shilla dan aisya yang mendengar soffi menyebut santri putra langsung kembali duduk disebelah soffi.

"Sttt tapi kalian jangan bilang bilang ya. Pipit takut nih" mereka mengangguk dan pipit mengeluarkan sebuah surat berwarna pink

"ini padahal udah di tolak, tapi tetep santri putra nya kekeh mau nitipin ini".

"Emang ini surat buat siapa?" Ashilla merebut surat yang dari tadi dipegang pipit, pipit bergidik tak tahu.

"Buka aja deh dari pada nanti ketahuan ustadzah" mereka mengangguki saran soffi tanda setuju.

Shilla membuka surat merah muda yang begitu cantik itu dengan hati hati.

Bismillah...
Kepadamu duhai seseorang yang baru saja ku sebut dalam doa sepertiga malamku. Jika saja mengenalmu adalah sebuah takdir yang Allah tuliskan untukku. Aku harap kita dapat saling mengenal dan mendoakan.
Jaga dirimu.
Semoga kita dapat bertemu kembali lewat rahasia Allah...

Yassa Ahmada
Untuk Soffiya

Mereka seakan terhanyut oleh kata kata yang di tulis oleh ustadz Yassa, tak terkecuali Soffi ia heran maksud apa surat ini untuknya.

"Ciee Soffi bakal jadi ibu kiyai disini uhuy" pipit terus menggoda soffi yang sudah merah wajahnya. Ustadz Yassa, ustadz Yassa? Siapa ustadz Yassa? Ini menjadi teka teki untuk soffi.

Tak ada yang tahu bagaimana perasaan Aisyah saat melihat surat cantik tersebut dari orang yang selalu ia kagumi dan sebut dalam doa nya selama ini.

Ia mencoba agar tetap biasa saja tapi tak bisa, ia langsung lari ke atas ranjang tanpa pedulu tatapan aneh dari ketiga sahabatnya.

"Aisya kenapa?" Hanya shilla yang merasakan ada yang berbeda dari Aisya. .

"Paling cemburu gara gara cintanya bertepuk sebelah tangan" soffi yang mebdengarnya pun merasa tak enak dengan Aisya.

Asrama putra

Yassa terus mebgobrak abrik bukunya, ia yakin tadi menyimpan tulisan disana.

"Ali lihat kertas ana yang warna merah muda"

Ali tersenyum kaku pada yassa.

"Begini sa, sebagai teman yang baik ana bantu anta buat kirimin suratnya ke orang yang anta suka"
Astaghfirullah aliii, yassa kesal dengan ali. Bagaimana mungkin suratnya bisa sampai ke soffi.

Mohon maaf gaje:(( happy reading:))

Jodohku anak Kiyai - ENDWhere stories live. Discover now