Perjodohan

5.4K 399 0
                                    

Beberapa bulan kemudian.

Hari ini tepat para santri melakukan wisuda, ada yang sudah sibuk menelpon orang tua mereka, menanyakan perihal sudah sampai mana mereka karena tak mau melakukan wisuda tanpa kehadiran orangtua. Ada juga yang trnagh berteriak teriak sambil bulak balik karena lupa menyimpan kerudung bahkan kehabisan jarum pentul, saking riuhnya hari ini.

Begitu pula dengan soffi, meskipun ia tak sama sama melakukan wisuda. Ia datang hari ini ke pondok, hanya untuk melihat sahabat sahabatnya diwisuda yaitu pipit, shilla dan aisyah.

Ia sudah bersiap siap menunggu dimobil sambil terus menyuruh abangnya membawakan buket bunga untuk aisyah dan shilla, sedangkan u tuk pipit ia membawakan buket makanan berupa coklat, photo mereka dan beberapa lembar uang.

Soffi dan Zayn memasuki aula tempat acara tersebut dilaksanakan, mereka duduk didekat pipit, shilla dan aisyah. Meskipun akhirnya aisyah harus pindah tempat, karena Ummi dan abi nya menyuruh ia duduk bersama mereka di kursi depan.

"Akhirnya sahabat gue wisuda" Peluk soffi pada shilla dan pipit.

Mereka tertawa bersama, saling menceritakan bagaimana keadaan mereka. Terutama pipit yang merasa kesepian sejak soffi keluar dari pondok.

Setelah beberapa jam akhirnya acara tersebut berjalan lancar dan selesai, para santri yang telah diwisuda pun sudah bergegas membawa barang bawaan mereka untuk meninggalkan pondok pesantren tercinta ini.

Begitu juga dengan pipit dan shilla, mereka tengah beres beres dan memasukkan barang barang mereka kedalam koper.

Sedangkan soffi hanya melihat tingkah mereka. Soffi melirik sekitar asrama.

"Eh aisyah kemana ko ga keliatan" Tanya soffi, karena dari tadi mereka terputus dengan Aisyah. Sehingga tak sempat berfoto berempat.

Pipit dan Shilla diam sebenarnya mereka tak ingin memberi tahu kejadian beberapa minggu lalu pada soffi. Karena mereka takut soffi yang mendengarnya akan merasa sakit hati.

"Elah pada diem, hayoloh pada ngumpetin apa? " Tanya soffi karena melihat mereka yang diam saja hanya saling melirik.

"Sebenarnya..... "

Di tempat lain.

Ummi mempersilahkan duduk pada kedua orang tua Aisyah, mereka mengobrol dengan sangat akrab. Seperti obrolan keluarga kiyai pada umumnya.

Disana ada Ummi, abii, kedua orang tua Aisyah, yassa, Aisyah dan adik Yassa yang baru pulang juga dari pondok.

Rencana perjodohan yang ditengah di obrolan oleh masing-masing kedua orang tua mereka terus berjalan. Namun masih belum ada kepastian karena belum ada persetujuan juga dari anak-anak mereka.

Aisyah hanya bisa menunduk, sebenarnya ia juga pada Ustadz Yassa. Ia tak dapat memungkiri perasaannya. Siapa yang tak suka pada lelaki sholeh, pandai mengaji, berparas tampan, punya keluarga yang berkecukupan, pikirnya.

Namun berbeda dengan Yassa, ia sama sekali masih kalut dalam pikirannya. Ia merasa jika perjodohan nya masih diluar nalar nya, apalagi jika ia takut menyakiti hati Aisyah. Ia bingung dan hanya bisa menunduk.

"Jadi bagaimana kalian udah saling ngobrol satu sama lain?" Tanya Abi aisyah.

Mereka berdua menggelengkan kepala, Yassa saja tak pernah tahu nomer HP Aisyah, bahkan akun sosial medianya. Setiap Yassa membuka sosial media pasti ia mencari nama soffi, dan sangat ingin tahu keadaan soffi. Baginya soffi adalah candu yang sangat ia nikmati.

"Biasa bi, kak Yassa suka malu malu kucing" Jawab adik Yassa yang mencairkan suasana dan membuat gelak tawa disana.

Yassa hanya mendelik pada adiknya tersebut.

"Jadi kalian mau setuju setuju saja tentang hal ini?" Tanya Abi kali ini.

Yassa dan Aisyah hanya diam dan menunduk, namun beberapa saat kemudian Yassa memutuskan untuk menghadapi perjodohan ini. Haruskah ia menjawab iya pada mereka, atau kah ia harus mengejar cintanya?

Ia bingung dan melirik sekitar, namun saat pandangannya beralih ke jendela ia melihat seseorang yang sangat ia kenali tengah tertawa sambil merangkul sahabatnya.

Ia sangat terkejut, apakah ini jawaban dari keraguannya.

"Sebentar, Yassa keluar dulu ya. Sebentar saja"

Yassa berpamitan dan berlari, mereka yang ada disana hanya tercengang menyimak kejadian yang baru saja terjadi.

Yassa tak peduli, ia terus berlari hendak mengejar seseorang yang sangat ia kenali tersebut. Saking tak pedulinya ia berlari sambil berteriak memanggil nama perempuan itu.

"Soffiii"

"Soffiii"

Ia terus mencari perempuan itu, sampai parkiran, namun tetap saja tak menemukannya. Hanya sahabat soffi yang ia temui, lalu Yassa menghampirinya.

Melihat Yassa yang tergesa-gesa, pipit lalu bertanya.
"Ustadz kenapa?"

"soffi mana?" Tanya nya kembali dengan nafas yang masih belum beraturan.

Pipit yang mendengarnya kaget dan melirik sekitar.

"Soffi baru aja pulang ustadz"

Yassa langsung lemas mendengar jawaban Pipit, padahal hampir saja ia bisa bertemu dengan Soffi.

Yassa pun memutuskan kembali ke rumahnya, namun saat ia masih di depan pintu.
Aisyah segera berbicara meminta izin pada semua yang ada disana untuk berbincang sedikit, mendiskusikan masalah perjodohan dengan Yassa di luar.

"Maaf" Ucap Yassa pelan masih dengan nafas yang tak beraturan disertai kecewa.

"Tak papa ustadz, ana paham"

"Ana ga mau nyakitin perasaan anti, dan ana ga bisa nyembunyiin perasaan ana sendiri. Maaf" Ucap Yassa dengan permintaan maaf yang tulus.

"Bagaimana pun semua sudah Allah atur, ana ga papa. Lebih baik kita bicarakan keputusan kita kedalam"

Yassa mengangguk dan Aisyah mempersilahkan Yassa agar berjalan didepannya.

Mereka duduk lalu membicarakan hal yang tadi, jika mereka telah memberikan keputusan untuk tidak melanjutkan perjodohan ini. Bagaimana pun mereka tak ingin menjalankannya dengan keterpaksaan.

Maap gaje gaes!!
Sudah akhir akhir mau tamat nih.

Jodohku anak Kiyai - ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora