[6] Rude Guy

954 127 1
                                    

"Mau ikut kami pergi ke Cambridge?" Louis mengambil sebuah apel merah dan mulai menggigitnya sehingga meninggalkan bekas gigitan yang cukup besar disana.

"Haruskah? Aku suntuk Lou.." tukas Zayn sambil terus memandang layar ponselnya.

"Ikutlah daripada terus berdiam disini. Aku tau kau akan melakukan apa," Liam mengangkat dagunya sembari mendengus pelan.

Mata coklat Zayn pun langsung menatap tajam kearah lelaki yang baru saja berbicara padanya. "Apa urusanmu? Huh—"

"Urusanku? Ini bukan menyangkut urusan siapa Zayn, ini menyangkut soal kenapa kau melakukan hal itu." ujarnya sarkastik.

Louis yang melihat pemandangan itu langsung melerai mereka berdua. Tak seharusnya mereka meributkan hal itu, lagipula mereka sudah sama-sama dewasa dan mengerti.

"Sudahlah! Apa yang kalian ributkan? Kalau memang Zayn tak ingin ikut, biarkan saja Li," kata Louis yang sepertinya sedang berpihak pada Liam.

"Okey, aku ikut!" tukas Zayn tak mau kalah. Ia segera pergi menuju van yang sudah terparkir rapi didepan. Liam dan Louis menyeringai puas.

*

"Ada beberapa tamu yang meminta private room di ruang belakang. Aku harap kau mau melayaninya, Sam," tukas Mrs. Johanne pada Sam yang baru saja datang ke cafè.

Sam terhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Private room?" tanyanya penasaran.

"Private room itu adalah sebuah ruang VIP yang letaknya ada di belakang. Bisa juga di akses lewat pintu belakang atau pintu samping," terang Mrs. Johanne.

Sam mengangguk mengerti lalu ia segera bergegas menuju sebuah private room yang dimaksud Mrs. Johanne. Sementara itu Maggie sedang sibuk dengan beberapa urusan dapur. Meskipun baru kemarin mereka bekerja, tapi Mrs. Johanne telah mempercayakan urusan dapur pada Maggie setelah Sam memberitahunya bahwa Maggie pandai dalam urusan home made cooking.

Suara gelak tawa dari penghuni private room itu terdengar sampai luar. Sam menarik napas panjangnya sembari mempersiapkan kata-kata sebagai pelayanan pertamanya. Tangan gadis itu hampir saja meraih knop pintu ketika tiba-tiba seseorang keluar dan menabrak dirinya dengan kasar.

"Ah! Persetan dengan mereka! Aku butuh itu sekarang!" tukas lelaki itu. Sam menatap kearah lelaki yang malah melenggang pergi tanpa punya sopan santun. Jangankan meminta maaf, menoleh kearah Sam saja tidak.

"Dude!" seru Sam yang membuat Zayn mengentikan langkahnya, masih tetap sama—ia menempelkan ponselnya di telinga kiri.

Tak berapa lama kemudian lelaki itu membalikkan tubuh menatap sosok Sam dan alangkah terkejutnya ia ketika lagi-lagi bertemu dengan sosok angkuh Zayn Malik.

"Tanpa mengurangi rasa hormatku padamu. Tidak bisakah kau menghargai orang lain? Kemarin dan sekarang kau baru saja menabrakku tanpa meminta maaf padaku. Dimana sopan santunmu?" seru Sam pada Zayn yang terus terdiam mematung ditempat.

Zayn acuh terhadap sikapnya dan lebih memilih meninggalkan Sam tanpa mau meminta maaf sebelumnya.

"Damn it! Kenapa ada saja orang sepertinya di dunia ini?" umpatnya dalam hati.

Sam kemudian menegakkan tubuhnya sambil melangkahkan kaki untuk kembali ke private room. Sudah bisa ditebak jika suara gelak tawa itu muncul dari teman satu band Zayn. Siapa lagi kalau bukan One Direction?

Sam membuka knop pintu perlahan yang membuat perhatian seketika tertuju kearahnya. Mata Niall benar-benar menatap intens kearah gadis itu sambil menunggu kalimat apa yang ia katakan.

Recovery ♚ z.m [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now