[00] Prologue

2.1K 187 13
                                    

Lelaki dengan rupa Asia Barat yang kental di wajahnya tengah terduduk manis di 'ruang kerja' miliknya. Sebenarnya, ini jauh dari ruang kerja yang biasa orang temukan. Jauh dari tumpukan kertas, komputer, dan berkas penting lainnya. Ini adalah sebuah studio musik lengkap dengan fasilitas mewah.

Tak ada satupun orang yang berani mengganggu lelaki itu saat berada dalam 'ruang kerja' miliknya tak terkecuali ibundanya sendiri. Lelaki itu akan tetap fokus pada pekerjaannya dan menghindari hal-hal yang tak penting dan dapat merusak moodnya.

Tok, tok, tok..

Seseorang mengetuk pintunya perlahan. Ini pasti penting sampai-sampai ada yang berani menganggunya. Tak lama kemudian, muncul sosok wanita paruh baya yang sudah 4 tahun bekerja di rumah mewahnya sebagai kepala pelayan, beberapa rambut wanita itu telah beruban, tapi senyum dan keramahan yang ia tampakkan masih sangat menawan.

"Maaf Tuan. Bukan maksud saya untuk mengganggu Anda," tukasnya dengan nada takut.

Lelaki itu memutar bola matanya dengan kaku. Menatap sosok wanita yang tengah berdiri sambil menunduk dihadapannya. Mata coklatnya yang tajam seakan mendesak wanita itu untuk segera menjelaskan.

"Nona Perrie menunggu Anda di shelter belakang, Tuan." ucapnya sembari memberanikan diri untuk menatap wajah majikannya itu.

Sontak mata coklat lelaki itu membulat sempurna. Ia belum mendapat telpon tentang kedatangan kekasihnya setelah seminggu mereka tak saling berkomunikasi, tapi kini gadis itu datang ke rumahnya.

Tangan kekar yang tadi memegang gitar accoustic segera beralih meletakkan benda itu pada tempatnya. Senyum manis tiba-tiba tergambar dari kedua sudut bibir lelaki itu. Sementara sosok asisten rumah tangganya telah berlalu untuk mengerjakan tugasnya yang tertunda.

Derap langkah lelaki itu terdengar cukup jelas menggema di seluruh ruangan. Rumah mewah yang hanya di tinggali dirinya sendiri dan beberapa asisten rumah tangga serta supir pribadi membuat kesan kosong di rumah mewah itu.

Matanya menangkap sosok gadis cantik berambut blonde dengan white dress setinggi lutut dan bandana bunga putih yang cantik tengah terduduk manis pada sebuah kursi santai dibawah naungan shelter. Senyum lelaki itu kembali merekah.

"Long time no see you, Honey," sedetik kemudian gadis itu menoleh dan tersenyum pada lelaki yang tengah menyapanya. Pertemuan itu diawali dengan pelukan hangat dan kecupan mesra pada bibir tipis milik gadisnya.

"I need to tell you," tukasnya langsung pada permasalahan. Kekasihnya langsung menautkan kedua alis tak mengerti. Dalam benaknya, pasti ada sesuatu yang benar-benar penting sampai gadisnya rela pergi ke rumah tanpa menghubungi lelaki itu.

"I need a break," tukas gadis itu perlahan tapi pasti.

Senyum yang tadinya menghiasi bibir lelaki itu langsung memudar seiring rasa sakit yang ditimbulkan dari perkataan gadisnya. Hal itu membuat dunianya seakan runtuh dan menyisakan puing-puing yang meluluh lantakkan dunianya.

"Kenapa, Honey? Jelaskan padaku."

Gadis itu menghembuskan napas beratnya sembari mendengus kesal, "Aku dan kau sama-sama sibuk. Tour yang belum juga selesai dan semakin sedikitnya waktu yang aku punya untuk bertemu denganmu membuatku ingin menyudahi semuanya. Kau ingat bahwa tak setiap bulan kita bisa bertemu."

Lelaki itu pun membanting tubuhnya pada kursi. Ia mendengus frustasi. Menurutnya, alasan itu tak logis. Apa gunanya bertahan dalam hubungan yang sudah berjalan selama hampir 3 tahun jika ujung-ujungnya begini? Bukankah dari awal mereka telah menerima konsekuensi yang harus mereka tanggung kedepannya?

Recovery ♚ z.m [SLOW UPDATE]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें