[12] British Boys

818 101 7
                                    

"What the hell?" Sam terbangun dengan kepala yang sedikit pusing. Beruntungnya tidak sepusing tadi sore. Dan malam ini, jam telah menunjukkan pukul 7 yang artinya telah masuk jam makan malam. Dan tentu saja, ia tak bisa datang tepat waktu ke café.

Sam tak tahu harus melakukan apa. Sampai beberapa waktu kemudian ia dengan sigap pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya lalu menyikat gigi. Seharian ini ia hanya tertidur di kamarnya tanpa mempedulikan yang lain. Kepalanya masih sedikit pusing namun ia benar-benar berniat untuk menemui Zayn.

Gadis itu terdiam sejenak, mengamati bayangan dirinya di cermin lalu berbicara dengan bayangannya sendiri, "kenapa kau mau menerima ajakan Niall? Kenapa sekarang kau bersemangat akan bertemu Zayn sementara kau dulu hampir membenci lelaki itu?" gumamnya.

Suara dering bel mengejutkan Sam dengan tiba-tiba. Gadis itu langsung keluar untuk membukakan pintu. Mungkin Maggie atau mahasiswa lain yang memerlukan bantuannya untuk melakukan sesuatu seperti membantu menyelesaikan tugas. Sam sering dimintai bantuan semacam itu.

"Eh, hello Sam." Holy crap, it's Zayn Malik outside. He bring a white rose and a cute smile on his face.

"Oh, eh, Zayn?" Sam gugup. Ia menggosok tengkuknya dengan kikuk.

"maaf jika aku mengganggumu. Kau sakit?"

"merasa lebih baik dari tadi pagi. Oh ya, silahkan masuk, Zayn." Sam memberikan ruang pada Zayn untuk memasuki flatnya. Pun lelaki itu bergerak maju dan berjalan melewati Sam sembari menunggu gadis itu menutup pintu.

"maaf, aku masih terlalu berantakan. Kau tunggu disini ya, biar aku ganti baju dulu."

"it's okey Sam. Aku tidak mempermasalahkan baju yang kau kenakan." Zayn menimpali.

"sudahlah Zayn. Oh ya, silahkan duduk." pun Sam berlalu ke kamarnya untuk mengganti pakaian.

Entah apa yang membuatnya tiba-tiba ingin tampil menarik di depan Zayn. Sam bukanlah tipe gadis yang selalu terburu dalam masalah cinta. Beberapa waktu setelah putus dari mantan kekasihnya, Sam tak terlalu mengharapkan perhatian dari lawan jenis kecuali dari Elvin. Namun setelah tahu bahwa lelaki itu sudah punya kekasih, Sam mengurungkan niatnya lagi.

Apa mungkin aku hanya menanggap semua ini sebagai pelarian?, batinnya.

"Maaf menunggu lama, Zayn." Sam baru saja keluar dari kamarnya. Ia sengaja mengikat rambutnya ke belakang. Gadis itu tampak cantik meskipun sebenarnya ia belum terlalu pulih dari sakitnya.

"mau aku buatkan teh? Aku punya green tea kalau kau mau." ia berdiri disamping Zayn untuk menawarkan. Tiba-tiba jiwanya sebagai waiter di café muncul dengan sendirinya. Maklum saja, seharian ini ia izin dari pekerjaannya.

"Well, kau bisa duduk disini dulu?" Zayn menepuk sofa kosong disampingnya. Lelaki itu tersenyum sumringah.

"So, apa yang ingin kau katakan padaku?" Sam menatap Zayn sejenak, belum lama terlibat kontak mata, Sam mengalihkan perhatiannya pada sebuket mawar putih yang dibawa lelaki itu.

"jadi, aku ingin mengajakmu pergi besok malam. Apa kau keberatan?"

"Let me guess, a party right? Before 1D take a rest?"

"for a few months." koreksinya. "Darimana kau tahu? Zayn mengerutkan keningnya tak mengerti, lagipula kemarin mereka belum mengumumkan apapun. Baru besok pagi akan digelar press conference menyangkut berita tersebut.

"Niall."

"oh, jadi kau?" Zayn berbisik pelan. Suaranya hampir tertahan ketika ingin mengatakan yang sejujurnya. Bukankah Niall membatalkan pesta dan otomatis press conference hanya untuk mengajak gadisnya pergi? Dan ternyata gadis itu adalah Sam?

Recovery ♚ z.m [SLOW UPDATE]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt