[21] Threat

284 24 2
                                    

Kesan pertama setelah Sam membuka mata adalah sempurna. Ia meneliti lekuk wajah ketimuran milik Zayn. Rahang dan alis yang tegas membuatnya tak berhenti tersenyum, ia ingin menyentuh hidung dan menelusuri janggut tipis milik lelaki itu, tapi ia takut bergerak akan membangunkannya apalagi tangan Zayn sedang menguncinya di bawah.

Tak selang lama, dering ponsel diatas nakas mengejutkan Sam, ia tergerak untuk segera meraihnya dan nyaris tak peduli apakah Zayn terbangun atau tidak. Ia melihat caller id yang terpampang disana dan menggeser panel hijau dengan perlahan.

"Hei, Mag." kata Sam pelan ketika ponselnya menempel sempurna di telinga kirinya.

Sam beringsut keluar dari gulungan selimut yang menghangatkannya semalam dan berjalan keluar ke arah balkon.

"Ya Tuhan, Samantha Bestische! Apa yang kau lakukan semalam sampai kau tidak pulang atau sekedar menelfonku?" dan Sam langsung merasa bodoh seketika suara di sebrang itu terdengar begitu khawatir.

Sam menggigit bibir bawahnya seperti seorang yang tertangkap basah melakukan sebuah pencurian. "Maaf Mag, aku baik-baik saja. Aku ada di rumah Zayn dan aku akan segera pulang untuk bekerja shift siang dan menyelesaikan kelasku."

"Kau tahu kalau aku khawatir? Ponselmu tidak kau angkat sejak semalam."

Sam mengangguk kecil, meskipun ia tahu Maggie tidak akan melihat gesturnya. "Maaf, karena aku mengaktifkan mode sleep di ponselku."

"Great! Apa yang kau lakukan disana?" tanya Maggie ingin tahu. Entah kenapa seketika pipi Sam merona merah mendengar pertanyaan itu.

"Sam, kau masih disitu?" Maggie seakan meradang kala jeda yang Sam berikan untuk menjawab terlalu panjang.

"Dengar Mag--semalam aku dan Zayn pergi road trip lagi. Jadi, aku pulang dalam keadaan tertidur dan dia tak berani membangunkanku."

"Kau yakin tidak terjadi apa-apa padamu? Maksudku, sesuatu yang tanpa pengaman?"

"Sialan, Mag. Apa yang kau katakan?" dan keduanya tergelak di sebrang sambungan telfon.

"Sam!" gadis itu mendengar seruan dari Zayn yang membuatnya mau tak mau harus menyudahi panggilan Maggie.

"Aku akan segera kembali dan pergi bekerja. Sampai jumpa, Mag!"

Sam memutar tubuhnya kebelakang dan mendapati Zayn yang terduduk diatas kasurnya dan tampak begitu tampan dengan wajah bangun tidur itu sampai-sampai membuat Sam gemas ingin mencubit pipinya.

"Good morning, Zee." kata Sam seraya mendekat, ia melipat kedua tangannya di depan dada kemudian mendudukkan bokongnya disamping Zayn.

"Aku menganggu telfonmu? Dari siapa, Sayang?" ucapnya lembut dan penuh perhatian. Zayn menarik tubuh Sam untuk duduk di pangkuannya dan membiarkan gadis itu meletakkan kepala di pundaknya.

"Maggie. Dia hanya khawatir karena aku tidak menjawab telfonnnya sejak semalam."

"Dia begitu perhatian terhadapmu ya? Tapi aku bersyukur setidaknya ada yang memperhatikanmu, Sayang." Sam mengalihkan kepalanya dan menatap kearah Zayn sejenak.

"Kau mengganti pakaianku semalam?" tanyanya serius tanpa memedulikan pertanyaan lelaki itu tadi. Zayn mengangguk lalu menunjukkan cenggiran yang tajam membuat Sam kembali ingin menangkup wajah itu di kedua tangannya.

"Dasar! Memangnya aku sudah memberimu izin untuk mengganti pakaianku, huh?" gadis itu berlagak cemberut sambil melipat tangannya lagi.

Zayn tak bisa menahan tawa kecilnya dan dorongan untuk mencium salah satu bagian di wajah gadis itu. "Kau tau? Lebih baik aku merobek gaunmu daripada harus membiarkan kau tidur dalam balutan pakaian seperti itu dan lebih baik kau memakai kausku daripada telanjang."

Recovery ♚ z.m [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now