[13] Victoria

896 92 5
                                    

Zayn mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju London. Ia menginjak pedal gas sampai nyaris menyentuh lantai logam. Ingatannya seketika melayang pada saat seseorang yang menelponnya tadi.

Ya, itu Victoria. Adik angkat yang dikenalnya sejak tergabung di One Direction. Mereka bertemu secara tak sengaja di salah satu bar. Zayn mengakuinya sebagai adik karena dia benar-benar mirip dengan figur Tanya-- sahabat masa kecil Zayn yang meninggal karena self-harm satu tahun sebelum audisi X-Factor yang membuat namanya secemerlang saat ini.

Ia mendesah keras seakan dunia ini ingin dihentikannya dalam beberapa saat. Mengetahui Victoria menangis karena melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Tanya membuat hati Zayn seakan ikut terluka.

Zayn adalah penyelamat hidupnya selama lebih dari dua tahun. Victoria melakukan self-harm yang nyaris membuat nyawanya menghilang beberapa bulan lalu.

Zayn sadar, ia bukanlah figur seorang kakak yang patut di contoh. Tapi mengembalikan kenangan pahitnya saat ia tak bisa menyelamatkan Tanya dari kematian adalah hal terburuk dalam hidupnya-- dan Zayn tak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.

-Zayn's POV

Aku memarkirkan mobil BMW didepan lobi flat yang ditempati Victoria tanpa peduli bahwa aku salah memarkirkan mobil dan lain sebagainya.

Pun kakiku berlari sekuat tenaga mencapai lift menuju lantai 7 tepat dimana apartemen Victoria berada. Suara dentingan lift yang menandakan kedatanganku ke lantai 7 langsung ku sambut dengan hembusan napas lega.

"Vic!" pintu apartemennya dibiarkan terbuka. Aku merangsek masuk dan menelusuri setiap ruangan. Hasilnya nihil, mataku sama sekali tak menangkap penampakan Victoria.

"aku mohon padamu Victoria, jangan membuatku makin khawatir." aku mendobrak pintu kamar mandinya dan akhirnya berhasil, Victoria tengah terbaring dalam bathtube dengan kondisi darah yang mengucur di sekeliling tubuhnya.

"Vic?" siapa yang tega melihat gadis sepertinya tergeletak begiru saja? Aku berlari menghampiri gadis itu. Menariknya dari bathtube dan langsung meraih selembar handuk untuk menghindarkannya dari hipotermia.

"Z-zayn?" ujarnya lemah. Ia menatap mataku dengan tatapan sendu yang menyayat. Apakah luka yang ditimbulkannya jadi seperti ini?

"apa yang kau lakukan terhadap dirimu Vic? Astaga, aku mohon jangan lakukan itu lagi."

"aku tak tahan Zayn! Kau tahu bagaimana sikap Rocky yang makin semena-mena? Aku muak!" Victoria hendak menjambak rambutnya dengan frustasi.

"stttt." mencoba menenangkannya adalah hal terbaik yang aku akan coba. Pun aku mendekap tubuhnya, membalut tubuh Victoria yang basah dengan handuk dan pelukanku. Aku menempelkan daguku diatas puncak kepalanya dan mengelus kedua tangannya perlahan.

"aku disini Vic, tak ada yang perlu kau khawatirkan."

"Zayn, aku muak. Aku ingin mati dari dunia ini. Aku ingin pergi." rengeknya. Aku hampir tak bisa mengelak ketika tubuhnya mulai bergetar, giginya mulai bergemeletuk di balik bibir tipisnya.

Victoria tampak sangat kacau, "Vic, kau bisa mendengarkanku kan? Tolong jangan paksa dirimu untuk mengakhiri semua ini."

"kenapa Zayn? Kenapa kau bertindak.sebaik ini terhadapku? Kau bahkan bukan kakakku." mata hijaunya menatapku dengan kepedihan. Aku nyaris memalingkan pandanganku kearah lain, sepertinya melihat Victoria menangis adalah hal yang buruk.

"karena aku pernah kehilangan orang yang aku sayangi dengan masalah yang sama sepertimu." aku mengusap pipinya perlahan, "aku tak akan membiarkamu pergi begitu saja, kau sudah seperti adikku sendiri Vic."

Recovery ♚ z.m [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang