20. Alec Aleccia

27.2K 1.5K 57
                                    

Susah payah Alec menolak permintaan Aleccia yang ingin mengajak Alec masuk ke klinik dan menemui mommy-nya. Bagaimana mungkin Alec mampu, semua terjadi begitu cepat. Meski Alec benar-benar menginginkan bisa menemui Jully lagi, tapi ketika hal itu terkabul rasanya Alec belum siap. Kisah yang mereka jalani begitu rumit juga sakit, perpisahan yang demikian lama itu juga memenggal beberapa rasa.

Ada Jully di sana, ada Aleccia yang ternyata adalah putri Jully. Berapa lama Jully meninggalkannya, menyiakan perasaannya. Berapa kali Alec menghiba memohon ampun dan ingin membawa Jully kembali, tapi tidak sedikitpun Jully perduli. Jully pergi jauh, membawa janin dalam perutnya, yang dititipkan kepada Alec hanya perih saja. Luka demi luka juga kilasan masa lalu berkelebat demikian cepat.

Berawal dari kejadian yang dimulai dari kesalahan yang tidak disengaja, tidak punya kesempatan meminta maaf. Berlarut hingga belasan tahun lamanya, menyebabkan seorang gadis kecil yang dengan ringannya berkata dia tidak mempunyai seorang ayah. Kesalahan Alec, disusul dengan kesalahan Jully, juga karena keras kepala mereka berdua, dan yang menanggung semua itu ternyata putrinya.

Alec menyetir seperti kesetanan, secepat mungkin menjauh dari tempat yang membuatnya sempat kehabisan nafas. Jantungnya berdegub demikian kencang, tangannya menggenggam erat setir dan pikirannya kacau. Aleccia, gadis kecil itu, yang entah kenapa sempat membuat Alec menyayanginya tanpa sebab. Alec tidak sanggup lagi, dia meminggirkan mobilnya dan beberapa kali membenturkan kepalanya pada setir bulat di hadapannya.

"Aleccia ... umur berapa anak itu?" tanya Alec kepada diri sendiri dan berusaha mengingat setiap celoteh anak itu ketika bersamanya. Jari Alec mulai menghitung dan akhirnya Alec terdiam hingga beberapa saat. Angka itu, cocok. Dan Lana juga pernah berkata bahwa anak mereka adalah perempuan. Jadi, Aleccia adalah benar putrinya.

Alec panik, dia bingung harus bersedih atau bahagia. Aleccia yang manis itu ternyata putrinya, gadis yang sebelumnya Alec sayangi tanpa syarat. Mungkin memang darah dan daging yang memanggilnya, dan semesta merestui pertemuan mereka. Hati Alec kembali bergetar, sejak pesan berita kelahiran putrinya tersampaikan, Alec kerap membayangkan bagaimana bentuk putrinya. Mahakaryanya ketika dia dan Jully masih SMP dulu.

"Jadi, Aleccia putriku?" kembali Alec bertanya kepada diri sendiri, "maafkan daddy nak."

***

Putrinya berlari menuju ke arahnya, melihat riang yang tampak di wajahnya Jully merasa bahagia. Putri yang kehadirannya sangat tidak diduga sekarang dia memberikan kebahagiaan. Memang sekembalinya dia dan Aleccia ke Indonesia sedikit mengungkap banyak tanya bagi yang melihatnya. Jully masih terlalu muda untuk mempunyai putri sebesar itu. Biarlah mereka memikirkannya seperti yang mereka mau. Sejak mereka tinggal bersama ikatan batin antara dia dan Aleccia semakin kuat.

Jully mempunyai banyak kekurangan, dan ajaibnya anak itu menerima semuanya dengan begitu saja. Jully melihat ada kasih sayang tulus yang terpancar dari putrinya terhadap dirinya. Cinta seorang anak-anak yang tanpa syarat. Jully baru merasakan, betapa seorang anak akan selalu menyambutnya dengan tawa ketika dia pulang kerja, tidak perduli betapa asemnya keringat yang menempel di bajunya. Dari Aleccia Jully belajar tentang cinta sejati, yang sebelumnya belum pernah dia rasakan.

"Mommy," sapa Aleccia begitu mendekat dengan Jully.

"Siapa tadi?" tanya Jully kepada putrinya.

"Itu om yang sering Aleccia ceritain Mommy, Aleccia ngajak kemari soalnya tadi omnya sakit perut. Tapi liat Mommy langsung kabur." Aleccia menjawab dengan lancar pertanyaan Jully.

"Jangan mudah percaya dengan orang asing Aleccia," ucap Jully memberi nasehat kepada putrinya.

"Dia baik Mommy," kata Aleccia membela Alec.

Mommy, Please Say Yes !Where stories live. Discover now