4. Teen Wedding

26.3K 1.4K 102
                                    

Pertemuan dengan keluarga Alec berjalan dengan baik. Alec kecil nampak shock, mereka hanya melakukan sekali tapi kenapa sudah jadi saja. Alec mungkin tidak menyadari bahwa di usia itu kecebong pastinya sedang lincah-lincahnya sedangkan ovum Jully pasti sedang imut-imutnya. Kepala Alec penuh dengan beragam pikiran yang dia tidak bisa mengerti. Dia berusia 13 tahun dan akan menjadi seorang ayah, menjadi seorang kepala keluarga. Akan jadi seperti apa nantinya, mengurus diri sendiri saja Alec masih belum mampu bagaimana dia akan mengurus anak dan istri. Ayolah, sekali lagi dia baru berusia 13 tahun. 

"Ini kesalahan orang tuanya, mari kita mencari solusi yang baik. Jangan bebankan pikiran lagi kepada mereka, bagaimana pun mereka masih anak-anak. Mereka pastinya sudah cukup bingung dengan apa yang terjadi," kata papa dengan bijak. 

"Tapi mereka masih harus menempuh pendidikannya," kata Robin, ayah Alec. 

"Bagi Alec bisa, tapi bagi Jully kita semua tahu kalau itu tidak mungkin. Dia harus berhenti satu tahun sampai bayinya lahir," balas papa dengan sabar. 

"Kita bisa menikahkan mereka," kata Robin yang masih juga terkejut dengan situasi ini. 

"Benar, karena bagaimanapun bayi itu adalah cucu kita. Dia tidak boleh lahir tanpa ayah." Papa menyetujui usulan dari pak Robin. 

"Tentu saja, itu biar kami yang mengurusnya. Iya kan Bu?" tanya pak Robin kepada Aline, istrinya. 

"Ja Vader," jawab Aline mengiyakan dalam bahasa Belanda. 

Alec kecil masih duduk terdiam di kursi, dia tidak tahu harus berbuat apa. Tanggung jawab? Bagaimana caranya, kaos kaki sebelum berangkat sekolah saja masih harus dicarikan oleh Budhe Sum. Uang jajan saja masih diberi jatah oleh ayah. Dan dia akan menikah, bagaimana nanti dia akan menghidupi Jully dan bayinya. Alec terpekur menunduk, sementara ibunya memeluk dan membisikkan banyak hal. Semua akan baik-baik saja, ini kesalahan besar dan memang akibatnya seperti ini. Tidak apa-apa, keluarga akan mendampingi sampai Alec dan Jully cukup dewasa nanti. 

Semua berawal dari kejadian itu. Padahal waktu itu mereka iseng saja, kok bisa jadi bayi. Tutorial membuat bayi saja belum pernah melihat. Jadi yang berjalan hanyalah insting primitif manusia yang bisa dilakukan secara alami. Pikiran pendek remaja yang memang terlalu longgar didikannya memang bisa berakhir di sini, berpadu dengan remaja lain yang juga tanpa pengawasan dari orang tuanya. Menyesal jelas terlambat, janin itu terus tumbuh.

"Alec, papa boleh bicara?" tanya papa kepada calon menantunya. 

"Iya Om," jawab Alec tanpa tenaga. 

"Kamu bakal jadi ayah, suka gak suka kamu harus siap. Ini konsekuensi Nak, kamu ngerti kan?" tanya papa berusaha memberi petuah. 

Ngerti? Aslinya ya jelas tidak.

"Iya Om, Alec mengerti." Tak urung itu yang meluncur keluar dari bibirnya.

***

Alec dan Jully duduk berdampingan, hari ini mereka akan menikah. Pernikahan sederhana tanpa pesta meriah sebagaimana seharusnya putra tunggal seorang pengusaha besar dan putri dari anggota legislatif. Ini pernikahan rahasia, tanpa registrasi ke catatan sipil dan sejenisnya. Mau bagaimana lagi, mereka masih dibawah umur dan pastinya mereka sudah paham dengan undang-undang yang berada di negara ini. Jully nampak cantik dalam balutan wedding gown berwarna putih, begitu juga Alec, tuxedo yang juga berwarna putih itu tampak pas dia kenakan. 

Jully baru berusia 13 tahun dan Alec tidak jauh beda, dia hanya lebih tua beberapa bulan saja dari Jully. Hari ini mereka resmi menikah, tapi menikah di bawah tangan, atau apa itu istilahnya. Yang pasti itu adalah pernikahan rahasia, Hanya keluarga inti saja yang tahu. Teman maupun kolega juga tidak diundang. Pernikahan ini dilangsungkan hanya beberapa hari saja sejak semuanya terungkap. Semua berlangsung dengan cepat, juga rahasia. 

Jully menatap anak laki-laki yang sudah menjadi suaminya, rasanya canggung dan aneh. Sebulan lalu mereka baru pacaran dan sekarang mereka menikah. Alec memang tampan, dia adalah everyone's crush ketika di sekolah. Memilikinya sebagai suami terdengar indah, tapi tidak menyenangkan bagi Jully. Dia sudah menjadi istri dan calon ibu, di usianya yang baru 13 tahun. Hidupnya akan seperti apa. 

"Jully sayang, kamu sedang berfikir apa?" tanya Aline. 

"Jully bingung Bu," jawab Jully jujur. 

"Ibu hamil gak boleh banyak mikir, mau makan? Ibu ambilkan ya?" tawar Aline penuh perhatian. 

"Nanti saja, Jully masih gak pengen makan," jawab Jully yang masih shock dengan status barunya. 

"Jully sayang, mulai sekarang Jully anggap ayah dan ibu sebagai orang tua Jully juga ya. Jangan sungkan, kalau Jully perlu sesuatu bilang saja." Aline memeluk menantu kecilnya yang masih memakai wedding gown itu. 

"Iya Bu, makasih," jawab Jully maaih canggung. 

"Kalau Alec bandel, bilang saja sama Ibu ya sayang." Aline mendekati menantunya.

"Iya ... Bu," jawab Jully ragu, karena namanya Alec itu kan bandelnya setiap hari.

"Pernikahan itu terkadang sulit, apalagi bagi yang belum ada persiapan seperti kalian. Tapi Jully gak perlu kuatir, ayah dan ibu akan bantu. Jully tinggal di sini saja, papa dan mama sering keluar kota kan? Gak baik ibu hamil sendirian di rumah." Aline kembali membuat obrolan yang manis. 

"Makasih," jawab Jully yang masih canggung. 

"Oya sayang, nanti kita ke dokter. Sekalian bertanya apa kandungan kamu cukup kuat untuk perjalanan jauh," kata Aline dengan lembut. 

"Perjalanan jauh? Kita mau kemana?" tanya Jully keheranan. 

"Kita akan mengunjungi Oma di Rotterdam sayang, mengenalkan kamu kepada keluarga besar. Juga sekalian kamu berbulan madu dengan Alec." Aline dengan bahagia mengutarakan maksudnya. 

"Bulan madu?" tanya Jully kaget.

"Iya bulan madu, kalian baru saja menikah," balas Aline.

Jully mengelesot merana, bagaimana bisa ibu mertuanya sempat memikirkan bulan madu segala seperti ringan saja. Aline mengatakan itu seolah tanpa beban, apakah karena memang adat budaya yang begitu berbeda. Di Indonesia, mendengar ada yang hamil di usia 13 tahun saja pasti banyak yang shock meski yang sedemikian itu sudah banyak yang terjadi. 

"Aku stress mikir masa depan, mertuaku malah mikir bulan madu." Jully menggumam tidak tahu harus bicara apa lagi. 

***

Mommy, Please Say Yes !Where stories live. Discover now