TIGA ENAM: Psikopat dan Pembunuh Berantai

Mulai dari awal
                                    

“Bagaimana keadaan putri kami?”

Veranda menggigit bibir bawahnya, Veranda sangat takut akan diagnosa dokter. Apakah dirinya hamil atau tidak? Mereka terlalu muda dan takut akan resikonya, perasaan Veranda semakin aburadul, apalagi saat dokter Lukas kembali tersenyum.

“Tidak perlu khawatir. Putri kalian hanya kelelahan. Rasa mual yang dia rasakan, akibat mengkonsumsi makanan yang tidak seusai. Tapi kalian tenang saja, efek ini akan berangsur sembuh setelah Veranda meminum obatnya.”

Baik Veranda maupun Keynal akhirnya bisa bernapas lega. Keynal mengambil nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskan secara perlahan. Setidaknya mereka aman untuk saat ini.

“Ve, sayang sekarang kamu istirahat ya, nanti kelas siang kan. Sebaliknya kamu tidak perlu masuk sekolah dulu.” Ucap Ny. Treeyse sembari mengusap kepala putrinya dengan sayang.

“Tidak perlu mah. Ve, udah mendingan kok, mungkin cuma perlu istirahat sebentar.”

🔪🔪🔪🔪

Keynal mengunci pintu kamar Veranda. Kedua orang tua Veranda dan dokter keluar. Keynal mendekati ranjang ia mendapati Veranda tengah berbaring dengan mata terpejam, Keynal tersenyum lalu berbaring di samping Veranda.

Keynal memeluk Veranda. Ia membenamkan wajahnya di ceruk leher Veranda. Ve membalik posisi tubuhnya menjadi terlentang, lalu menghadap ke arah Keynal. Tangan Keynal melingkar di perut rata Veranda.

Senyum terkembang di wajahnya. Aroma wangi sabunnya tercium di tubuh Veranda membuat Keynal tenang. “Aromamu enak.” Keynal mengangkat wajahnya setelah puas mengendus leher Veranda.

Mereka berdua saling berhadapan Ve menatap mata hitam kelam itu. Keduanya berpelukan di atas ranjang sebentar poisisi sekarang yang membuat Veranda gugup untuk berbicara, jangtungnya seakan ingin keluar dari tempatnya.

Keynal mengunci bibirnya, perlahan Keynal mulai melumatnya, menyapu setiap baris deretan gigi Veranda, gadis itu memiringkan wajahnya untuk mencari posisi yang nyaman, dan entah keberanian dari mana seakan Ve terhipnotis atas perlakuan Keynal terhadapnya.

Gadis ini mulai membalas ciuman Keynal, mengalungkan tangannya dileher Keynal, membalas setiap lumatan yang Keynal berikan. Keduanya sama-sama menutup mata, mereka melakukan adegan ciuman tanpa terbawa nafsu sedikit pun, tak lama Keynal melepaskan ciumannya.

Mereka berdua mengambil nafas sejenak. Keynal membuka mata dengan tatapan penuh rasa ke arah Veranda. Veranda hanya tersenyum cantik melihat Keynal, sambil sesekali menyentuh kedua pipinya yang terasa semakin memanas.

Keynal pun sama, ia memandangnya penuh cinta dan rasa memuja yang tidak ada habisnya. Terakhir Keynal mencium kening Veranda. Veranda merasakan ketulusan dari kecupan Keynal. Kecupan bibir lembut Keynal menjalar ke hati, hingga menusuk inti sanubari dan jiwanya.

“Aku gak suka cara dokter itu menatapmu. Ve, kalau kupunya sayap kubawa kau terbang ke bulan. Aku cemburu, bila orang lain memandang wajahmu.”

“Akan kubuat pagar besi yang mengelilingi dirimu. Agar tak seorang pun yang kan dapat menyentuh tubuhmu.” Veranda menatap dalam dan membelai lembut pipi Keynal dengan ibu jarinya seraya tersenyum.

🔪🔪🔪🔪

Jam satu siang Veranda dan Keynal tiba di sekolah. Matahari kali ini telah menyambut hari jumat dengan senyuman. Sinarnya yang cerah, membuat hati Keynal bahagia.

Keynal menghentikan mobil yang ditumpanginya, di halaman parkir belakang sekolah khusus roda empat. Sementara di halaman depan diperuntukkan bagi pengguna sepeda motor. Dengan sigap Keynal membuka pintu mobil untuk Veranda.

Love Scenario [END-COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang