BAB 26 [Untuk Meira]

4.2K 242 27
                                    

Dengan malas, Meira bergerak dari rerebahannya. Berjalan meninggalkan tempat tidur yang serasa begitu nyaman baginya hanya untuk membukakan pintu kamarnya yang sejak tadi di ketuk dari luar.

"Sabar, kek!" teriak Meira dengan bibir mengerucut kesal.

Gadis itu menggerutu tidak jelas karena merasa begitu kesal dengan seseorang yang berada di balik pintu itu. Padahal Meira sudah menyuruhnya masuk semenjak Meira mendengar ada suara ketukan pada pintu kamarnya, namun si pelaku itu justru manja ingin di bukakan pintunya. Buktinya, orang itu terus saja mengetuk pintu kamarnya tanpa mengatakan apapun.

Sebelum Meira sampai di depan pintu kamarnya, Meira sempat melihat kearah jam kamarnya. Jam tersebut sudah menunjukan pukul lima sore. Dan Meira teringat jika Qia berniat main ke rumahnya jam segini. Ingatan ini yang membuat Meira mendengus karena yakin jika orang yang sedari tadi mengetuk pintu kamarnya adalah Qia.

"Qia, sialan." batinnya sambil sedikit menguap karena tadi dirinya sudah hampir saja tertidur.

Drettt...

Ceklek

Bersamaan dengan tangan kanan Meira yang membuka sebuah pesan yang masuk ke ponselnya, tangan kiri Meira membuka pintu kamarnya dengan perlahan sampai pintu tersebut terbuka lebar.

Qia :
Mei, gue rada telatan ke rumah lo

Mendapatkan pesan seperti itu dari Qia, membuat Meira dengan cepat menegakan kepalanya. Matanya langsung bertatapan dengan mata sipit yang berwarna coklat tersebut.

Brakkk

Meira sedikit meringis sambil menggigit bibir bagian bawahnya ketika gerakannya menutup pintu kamar dengan cepat, terhenti oleh salah satu tangan milik orang yang sekarang masih berdiri di depannya. Tangan tersebut melurus kedepan sampai melewati ambang pintu, sehingga tangan tersebut berhasil mengganjal pintu yang sebentar lagi akan tertutup rapat.

"Marvel!"

"Ayok kita bicara, Mei!"

Pemilik tangan tersebut memang adalah Marvel. Itu lah penyebabnya kenapa Meira ingin menutup pintu itu rapat-rapat dan akhirnya mengunci pintu tersebut.

Rasanya, Meira tidak ingin melihat wajah Marvel lebih dulu. Rasa kecewa akan ucapan Marvel siang tadi masih saja memutar di pikirannya sampai Meira rasa untuk hari ini sudah cukup bertengkar dengan Marvel.

"Aku gak mau." tolak Meira sambil memalingkan wajahnya, enggan menatap Marvel.

Tolakan Meira tersebut tidak membuat keinginan Marvel goyah. Lelaki itu masih mempertahankan posisinya dengan wajah yang setenang mungkin, tidak ada raut emosi sama sekali disana. "Kalo gitu, coba tutup pintunya!" tantang Marvel. Walaupun setelahnya, Meira benar-benar berusaha menutup pintu tersebut yang membuat tangan Marvel semakin terhimpit oleh pintu.

Setelah berusaha beberapa kali, Meira berdecak. Lalu menatap Marvel dengan tatapan kesal. "Tangan kamu minggir dulu, baru aku bisa nutup pintunya. Sekarang, minggir!" kesal Meira.

"Tangan aku akan tetap disini sampai kamu mau bicarakan masalah tadi dengan baik-baik sama aku."

Meira hanya menatap Marvel saja ketika Marvel mengatakan hal tersebut. Keterdiaman Meira kali ini juga membuat Marvel ikut terdiam.

"Oke." hanya itu jawaban yang di berikan oleh Meira setelah mereka berdua terdiam untuk beberapa saat.

"Argh."

Tidak lama setelah Meira menjawab, Marvel meringis pelan sambil menurunkan tangannya yang di himpit oleh pintu, karena tanpa di duga, Meira menggigit tangan tersebut yang membuat Marvel terkejut sampai dengan refleks menurunkan tangannya.

MarvelMeira [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt