BAB 01 [Terlambat]

9.5K 434 9
                                    

Pagi ini terasa sangat buruk untuk seorang Meira Adeliza, gadis yang tidak suka berlari itu, kini harus terpaksa terus berlari menyusuri koridor dan melewati beberapa kelas yang sudah dihuni oleh siswa siswi berpakaian putih abu-abu.

Larinya terhenti seketika setelah dia dihadapi dengan sebuah persimpangan jalan diujung koridor sana. Mata Meira menatap kanan kirinya secara bergantian.

Meira berdecak, dia tidak tahu jalan mana yang menuju kearah aula sekolah ini. Diputarnya badan Meira seratus delapan puluh derajat untuk menatap kedua gadis yang masih sibuk berlari mengejarnya. "Qi, aulanya dimana nih. Kiri atau kanan?" Meira bertanya dengan cepat dan raut wajahnya yang sudah nampak panik dan lelah.

"Qi, cepetan jawab!" Meira nampak tak sabar karena Qia dan Angel masih sibuk berlari kearahnya. Bahkan kaki Meira sudah dihentakan kelantai beberapa kali.

Napas Qia nampak memburu dengan berhenti berlari tepat didepan Meira. "Pe-rasaan lo gak su-ka lari, kenapa sekarang la-ri lo jadi cepet?" Qia bertanya dengan masih berusaha mengatur napasnya yang tidak beraturan.

"Gue bentar lagi telat nih. Kalian beruntung udah absen, lah gue belum. Cepet kasih tau gue aulanya dimana!"

Qia tak menjawab. Sementara itu, telunjuk tangan Angel mengarah kearah kanan mereka, seolah mengatakan jika aulanya berada disana. "Disana." Ucap Angel dengan lemah.

Meira menghela napasnya dengan berlari kembali meninggalkan Qia dan Angel yang nampak berdecak kesal dibelakang sana.

Meira nampak bernapas lega ketika dia sudah melihat keberadaan aula yang ternyata ada diujung koridor ini. Disana juga sudah nampak beberapa kakak kelasnya yang rapi dengan sebuah almameter melekat ditubuh mereka.

Meira berhenti berlari tepat disebuah meja bertulis 'ABSENSI' yang dijaga oleh seorang siswa dan siswi berjilbab almamater itu.

"Absennya disi dulu, dek!" Siswi cantik dengan wajah mulusnya itu berucap kepada Meira dengan senyum manisnya. Meira akui jika seniornya ini sangat cantik.

Meira mengangguk dengan membalas senyum dari seniornya itu. Sungguh seniornya ini begitu ramah. "Disini kan, kak?" Meira bertanya dengan menunjuk sebuah lembaran itu.

"Iya, tanda tangan di kolom yang ada nama kamu. Setelah itu, tulis di kolom sampingnya jam berapa kamu tiba di aula ini." Jawabnya yang diangguki oleh Meira.

"Jam tujuh lebih satu detik."

Meira mendongak kearah siswa yang berdiri disamping siswi tadi, begitupun dengan siswi cantik itu yang ikut menatap siswa tersebut.

"Dia tadi sampai disini jam segitu." Lanjut senior itu menjelaskan.

"Itu cuma satu detik doang, Zi. Biarin dia nulisnya jam tujuh aja!"

Rasanya tubuh Meira panas dingin karena menyadari jika dia tetap terlambat setelah berlari-larian seperti tadi. Tapi ini hanya satu detik kan, bisa dikasih pengertian sedikit kan?

Meira kini menatap kedua seniornya secara bergantian dengan harapan semoga siswa itu mau mengiyakan ucapan yang terlontar oleh siswi tadi.

Siswa itu menghela napasnya panjang dengan pandangan yang teralih menuju Meira, kemudian detik berikutnya berpindah kepada siswi disampingnya. "Tha, lo tau sendiri ketos kita gimana. Dia bakalan marah kalo kita lakuin itu."

"Dek, maaf yah kamu tetep telat hari ini. Tolong tulis waktunya seperti yang saya bilang tadi!" Ujar siswa tersebut dengan menatap Meira sambil menunjuk kertas yang belum sempat Meira tulis.

Meira menghembuskan napasnya kasar dan dengan amat terpaksa, Meira menuliskan apa yang seniornya itu katakan.

•••••

MarvelMeira [END]Where stories live. Discover now