BAB 04 [Pacar Meira]

8.3K 412 45
                                    

SMA Meteor ternyata tidak hanya elit, namun kebersihannya juga terjaga dengan pohon dan beberapa tanaman hias yang sengaja ditanam disetiap sudut sekolah, membuat udara disini begitu segar.

Udara seperti ini sangat disukai oleh Meira, dan sepertinya juga akan menjadi alasan Meira betah sekolah disini dengan diantara berbagai alasan yang membuat Meira tidak nyaman bersekolah disini yang diantaranya karena peraturan OSIS yang terlalu mengekang dirinya.

"Pantesan ya, banyak yang minat sekolah disini. Sekolahnya aja terasa nyaman kaya gini."

Meira, dan Qia mengangguk setuju dengan apa yang baru saja dikatakan oleh gadis dengan kalung salib dari emas yang terlihat menggantung di lehernya itu.

"Bukan cuma sekolahnya aja yang enak dipandang, cowoknya juga lebih sedap dipandang." Ujar Qia yang membuat Meira terkekeh, bahkan sampai sedikit mendorong tubuh Qia kesamping.

Lay yang sejak tadi berjalan dengan stay cool, setelah mendengar ucapan Qia yang berlebihan itu berdecak pelan sambil memutar bola matanya malas. "Cowok mulu, punya pacar juga belum." Ledeknya tanpa mau menatap kearah Qia.

Qia mendengus dan mendorong tubuh Lay kesamping membuat Meira menggerutu karena ikut terdorong. Meira sejak tadi memang masih berpegangan pada lengan Lay. "Qia, yang bener, dong. Untung gue gak jatuh." Ujarnya yang dibalas kekehan kecil dari Qia.

Meira menghela napasnya panjang. Rasanya susah sekali untuk berjalan dengan lutut yang terluka seperti ini, bahkan Meira sempat bergidig ngeri saat dirinya ingat darah yang kemarin keluar tidaklah sedikit.

Jika dibayangkan dengan keadaan dua lutut yang seperti ini, maka akan membuatnya kelelahan saat berjalan mengelilingi sekolahan. Jadi Meira kini memikirkan cara agar tidak harus jalan seperti ini. Meira tersenyum kecil setelah sebuah ide ada di otaknya.

"Lay, gendong, dong!" Meira berucap membuat Lay menghentikan langkahnya dan menatap Meira dengan kedua alis yang terangkat.

"Lay."

"Emang susah banget buat jalan?"

"Tau sendiri dari tadi kita jalannya kaya semut." Ujar Meira sambil merentangkan kedua tangannya kearah Lay. "Ya, gendong, ya?" Tanyanya lagi.

"Udah, lah, Lay. Gendong aja daripada berisik." Saran Qia, sementara Angel hanya menatap mereka saja.

Lay menghela napasnya berat, kemudian dia berjongkok dihadapan Meira. "Ayo, naik!" Ujarnya melirik kearah Meira.

Meira tersenyum senang, dan dengan gerakan cepat, dia sudah berada didalam gendongan Lay dengan kedua tangannya yang melingkari leher Lay. Untung saja sekarang semua peserta MOS menggunakan kaos olahraga, sehingga Meira tidak kesusahan karena sudah menggunakan celana olahraga.

"Kenapa digendong?"

Mereka berempat menatap secara bersamaan kearah belakang mereka. Qia dan Angel nampak tersenyum manis, Lay lagi-lagi menghela napasnya, sementara Meira mendengus kesal melihat wajah menyebalkan milik ketua OSIS itu.

"Kakinya masih sakit, kak, ditambah tadi kepentok meja. Jalannya jadi masih susah." Jawab Qia yang dibalas senyum singkat oleh Marvel.

"Ya udah, hati-hati gendongnya jangan malah sampai jatuh lagi!" Katanya sambil melirik sekilas kearah Meira yang nampak mendumel pelan.

"Vel, ada yang pingsan."

Marvel menatap kearah sumber suara yang sempat memanggilnya. Dibelakang kelompok Meira ternyata ada seorang siswi peserta MOS yang jatuh pingsan. Tanpa mengatakan apapun lagi kepada keempat orang yang tadi berhadapan dengannya, kini Marvel memilih menghampiri siswi tersebut.

MarvelMeira [END]Where stories live. Discover now