BAB 08 [Amplop]

5.5K 336 13
                                    

Waktu terus bergulir dari detik ke menit, menit ke jam. Marvel yang berdiri di sebuah koridor dengan bahu yang bersandar pada salah satu tiang, menatap kearah lapangan yang sekarang dipenuhi siswa siswi. Siswa siswi itu tengah mengerubungi Daniel untuk meminta foto selfie.

Marvel terkekeh pelan melihat Daniel yang kewalahan menghadapi siswa siswi tersebut. Salah sendiri meminta agar namanyalah yang paling banyak ditulis didalam amplop, pikir Marvel.

Sebenarnya bukan hanya Daniel yang dikerubungi oleh junior mereka, tapi masih banyak pula anggota OSIS lain yang seperti itu. Namun percayalah, hanya Daniel lah yang dikerubungi oleh lebih dari lima puluh siswa.

"Lo ini yang mau, awas aja kalo nanti nyalahin gue!" Gumam Marvel sambil melipat tangannya didepan dada dengan tatapan yang terus tertuju pada Daniel.

Dibeberapa detik setelahnya, mata Marvel berpindah untuk menatap jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. Ternyata satu jam sudah berlalu, itu berarti tinggal setengah jam lagi para peserta MOS sudah harus selesai dengan tantangan kali ini.

"Kak Marvel?"

Mendengar suara yang memanggil namanya membuat Marvel menegakan tubuhnya dan menatap seorang peserta MOS yang sudah berdiri disampingnya. "Ya, ada apa?"

Marvel terus melihat kearah gadis yang kini terdiam tanpa menjawab pertanyaannya. Bila diingat-ingat Marvel seperti pernah menjumpai wajah didepannya ini, tapi kapan dan dimana, Marvel kurang ingat.

"Ada apa?" Marvel kembali bertanya setelah Marvel melihat gadis itu meremas-remas tangannya dengan ragu sambil terus menunduk tanpa mau menjawab pertanyaannya Marvel.

Perlahan, gadis itu mulai mengangkat wajahnya yang beberapa kali menunduk. "Aku dapet nama kak Marvel, jadi boleh foto bareng?" Tanyanya sedikit ragu.

Marvel tersenyum mendengarnya. Hanya hal itu saja, tapi gadis ini sampai ragu mengatakannya. Apakah wajah Marvel sementaranya itu sampai membuat gadis ini ragu untuk berucap kepadanya?

"Kenapa ragu ngomongnya?" Tanya Marvel kepada gadis itu.

"Aku malu."

Lagi, Marvel tersenyum manis yang membuat gadis didepannya ini tidak bisa mengalihkan tatapannya dari bibir Marvel yang melengkung sempurna. Ternyata gadis ini tidak segan berbicara apa adanya, membuat Marvel teringat dengan gadisnya yang selalu mengatakan apa yang dirasakannya secara gamblang.

"Kalo gitu, mana ponsel kamu?" Pinta Marvel sambil menyodorkan tangan kanannya.

Gadis yang baru saja tersadar dari kekagumannya dengan senyum Marvel, akhirnya segera merogoh saku baju sekolahnya untuk mengambil ponselnya. "Ini, kak." Katanya sambil menyerahkan ponsel tersebut.

Setelah beberapa menit mereka terlibat obrolan, Marvel jadi ingat jika gadis didepannya ini adalah gadis yang sama dengan gadis yang pingsan waktu itu. Gadis yang dia gendong dihadapan kekasihnya sendiri.

Tidak mau membuang waktu lebih lama lagi, jadi Marvel segera meraih ponsel tersebut dan akhirnya mereka foto bersama.

•••••

Tepukan pelan dilakukan oleh Meira kepada lengan sahabatnya yang sejak tadi menghela napasnya panjang. Sesekali Meira melakukan apa yang dilakukan oleh Qia sejak tadi, yaitu melirik selembar kertas yang ada di tangan Qia. Qia yang berharap semoga sejak tadi dia salah membaca sebuah nama, sementara Meira berpikir jika ini pasti ada alasannya. Mungkin ini bentuk teguran dari sang pencipta jika Qia seharusnya tidak menghindari lelaki itu.

"Udah, lah, cari aja orangnya!" Saran Meira yang sejak tadi melihat Qia tidak tenang. "Daripada berdiri kaya gini terus, mending cari dia sebelum waktu habis!" Lanjutnya lagi.

MarvelMeira [END]Where stories live. Discover now