8. bubur ayam Syarifah-loh, Pak?

29.8K 3.1K 106
                                    


Aku membuka pintu mobil lalu duduk di sebelah Gata. Kutolehkan kepala karena marasa Gata menatapku penuh. Ia memberi senyum sekilas. Pasti dia senang karena pagi ini aku memilih sarapan dengannya dari pada Gebe.

Aku hanya mencoba adil. 'Kan semalam sudah bersama Gebe, sekarang kesempatan buat Gata dong. Mereka sama-sama menyenangkan dan aku merasa masih cocok mengobrol lama-lama dengan mereka. Jadi bukan pilihan yang berat. Sama siapa saja, ayo aja!

"Cantiknya." Gata memulai percakapan dengan memujiku. So Gata. "Lebih cerah amat sih. Ngapain aja kemarin?"

"Berendem di Kali Code."

"Ih, mau-maunya," cibirnya mengikuti permainanku. "Nggak aneh-aneh 'kan bocahnya?"

Bocahnya? Gebe?

Ya ampun. Penjahat yang mencurigai penjahat. "Aneh-aneh menurut lo itu semacam apa? Seratus kali ada dia jitak kepala gue tiap gue bales omongan sengaknya."

Gata menyemburkan tawa. "Kalau itu udah wajar," kekehnya sambil menyalakan mesin mobil. "Anyway, aku yang tanggung jawab selama lo di sini loh. Titah dari pacarmu ini, yang manut." Ia mengingatkanku pada si Dimas yang sok perhatian dan menitipkanku padanya. Nyebelin.

Kenapa lelaki harus gampang bekerja sama gini? Mereka bertemu aja belum pernah. Saling follow instagram aja enggak. Kok seakan udah jadi saudara dekat gini. Nggak suka deh.

"Mau banget disuruh-suruh." Aku 'kan ke Jogja mau liburan, mau bebas sementara dari status. Sekalian mengenang masa lalu. Sekalian menyisir cowok-cowok Jogja, siapa tau bisa ketemu yang lebih oke dari Dimas. Malah dimata-matai frontal begini.

"Loh, aku tuh amanah."

Aduhh, anak Pak Ustad Sleman. "Iye, iye, terserah. Cari bubur aja sekarang!"

"Loh, aku kepo kemarin kalian ngapain." Gata mendesak.

"Cuddling aja seharian. Nggak ke mana-mana."

"Retno!" teriak Gata seketika. Aku tertawa terbahak-bahak walau sempat terkejut. "Keduluan kan! Anjing emang Gebe!"

Aku cuma bisa geleng kepala atas persaingan dua mantanku ini. Dan ini tandanya persaingan yang gawat karena Gata sudah bawa-bawa Ibunya Gebe. Retno itu nama ibunya Gebe. Benar-benar deh, kita seperti masih jaman SMA. Saat dua cowok belagu sok punya fanbase ini saling bersaing buat hal-hal remeh. Sebenarnya, Gata pun pasti tau jawabanku tadi cuma celetukan bohong, tapi kok ya ditanggapi.

"Eh, lo nggak mungkin dapat kesempatan itu dong. Masa amanah begitu. Mau kesempatannya juga," imbuhku bergurau seperti seorang Guru TK.

Gata menyipitkan mata. "Itu beda urusan. Dia nitip kamu ke aku dan aku mau peluk-peluk kamu itu perkara yang beda. Ini tuh hidup mati status kegantenganku yang diujung tanduk gara-gara selingkuhanmu yang sok cakep itu!"

Astaga, anak Pak Ustad salah pergaulan ini. "Tapi Gebe emang cakep." Serius. Mungkin karena Gebe keturunan China jadi di mataku dia lebih cakep dan bersih dari pada Gata. Meski kelakuan lebih mending Gata dikit. Itu opiniku dari dulu dan ternyata sampai sekarang masih sama.

"Lebih putih bukan berarti lebih cakep, udah dari dulu aku bilang," tampiknya tetap tak terima.

Sumpah, lihat Gata sebal karena iri dari Gebe itu benar-benar hiburan. "Emang. Tapi di kasus kalian emang Gebe yang lebih cakep, titik. Udah ayo cari bubur!"

 Udah ayo cari bubur!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jangan, Pak!Where stories live. Discover now