28✓

6K 290 2
                                    

Seminggu kemudian

"Tan? Lo masih sayang gak sih sama Devan?"

"Masih lah!"

"Terus Kenapa sampai sekarang Lo kayak yang belum maafin si Devan?"

"Gue udah maafin dia dari awal permasalahan Ca! Tapi mungkin gue belum bisa terima dengan tulus aja waktu si Devan jadiin gue taruhan. Tapi gue udah belajar melupakan masalah itu kok!"

"Jadi?"

"Gue mau lanjutin makannya"

"Ih Lo mah!! Gak nyambung banget sih?"

"Siapa suruh gue mau makan Lo ganggu terus?"

"Hehe. Maapin atuh! Lanjutin makannya cepet! Keburu bel"

Intan menatap Aca dengan tatapan sebalnya. Dan kembali melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

***

Devan, saat ini ia sedang terdiam seorang diri rooftop.

Ia berniat jika hari ini, akan kembali menanyakan apakah intan sudah benar-benar memaafkan atauu masih ragu untuk memaafkannya.

Ia berharap intan akan kembali menerimanya dengan tulus. Dan mereka akan menjalani kebersamaan kembali dengan bahagia. Itukah yang Devan inginkan.

"Hai"

Devan pun segera berbalik untuk melihat siapa yang menemuinya. Seketika Devan tersenyum bahagia saat melihat siapa yang datang.

"Kangen ya?" Goda Devan sambil menarik tangan intan untuk berdiri disampingnya.

"PD banget!" Intan melipat kedua tangannya di dada.

"Harus PD dong. Ucapan kan doa. Siap tau kamu beneran kangen kan sama aku?!"

"Semerdeka kamu aja lah"

"Kamu mau ngapain ke sini? Tumben"

"Aku mau ngomong sama kamu Dev! Tapi aku mohon. Kamu jangan marah ya?" Ucap Intan dengan lirih.

"Mau ngomong apa emang?"

"Tentang hubungan kita! Aku rasa--"

Ucapan Intan terpotong karena dering ponsel milik Devan berbunyi.

"Maaf, aku angkat telpon dulu ya? Kamu tunggu disini! Jangan pergi dulu!" Intan hanya menganggukkan kepalanya patuh. Devan pun segera pergi menjauh untuk mengangkat panggilan tersebut.

Sudah sekitar 5 menit, tetapi Devan masih belum juga kembali. Membuat intan merasa ada yang tidak beres. Ia pun memilih untuk pergi menyusul Devan.

Terlihat Devan yang sedang berdiri membelakanginya dan masih menerima telpon. Saat intan akan berjalan mendekati Devan, ia mengerutkan keningnya heran saat mendengar nada bicara Devan seperti sedang khawatir?

Intan pun memilih diam saja, dan mendengarkan pembicaraan Devan dengan seseorang tersebut.

"....."

"Jadi gimana? Apa harus gue batalin? Kan gak mungkin gilaaaa!!!"

"....."

"Lo harus buat yang sebagus mungkin untuk orang yang gue sayang! Gue gak mau kalau dia kecewa dengan kejutan ini!"

Intan terkejut mendengarnya! Apakah Devan sudah mempunyai orang yang disayangi nya? Siapakah? Kenapa hatinya terasa sakit saat mendengar perkataan Devan barusan!

"....."

"Pokoknya, buat yang sebagus mungkin! Ini hari yang spesial buat dia! Besok harus udah beres!"

"....."

"Kalau udah selesai! Cepetan hubungan gue lagi!"

"....."

"Ya udah. Gue tutup dulu!"

Saat mendengar itu pun, intan dengan segera kembali ke tempat semula. Ia tak mau jika Devan mengetahui bahwa intan mendengar percakapannya dengan seseorang tadi.

"Lama ya?! Maaf banget" Devan kembali dan langsung duduk di pembatas rooftop.

"Gak papa kok!"

"Tadi mau ngomong apa?"

"Oh?! Hehe. Gak jadi deh! Gak penting juga!"

Padahal gue mau omongin tentang hubungan kita Dev!  Batin intan

"Bener nih?"

"He'em! Eh! Besok ada acara gak?"

"Besok ya? Em sorry Sya! Kalau besok aku gak bakalan bisa. Mau ada acara. Gak papa kan?" Sesal Devan.

Apa acaranya yang tadi di omongin di telpon ya? Pikir intan

"Ya udah gak papa kok! Aku gak maksa juga. Ya udah, aku balik ke kelas dulu ya"

Tanpa mendengar persetujuan dari Devan. Intan pun segera melangkah pergi meninggalkan Devan yang menatap punggung Intan dengan tatapan bingungnya.


She's Mine (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang