The Masquerade Prince | Chapter 5 - They Must Be Safe First

Start from the beginning
                                    

"Benar tidak ada yang patut dikhawatirkan?" Wanita hampir memasuki usia paruh baya itu menampilkan raut tak yakin. "Tapi kenapa sikap kedua adikmu berubah?"

"Berubah bagaimana maksud Mommy?"

"Tidak sepeti biasanya. Mereka cenderung diam."

Dextier mengangkat sebelah alisnya. "Bukankah itu salah satu janji mereka sebelum memaksa berlibur di hari kamis seperti ini? Dan bukankah Mommy mengetahui hal tersebut?"

Karlen berdecak samar. "Memang. Tapi, sangat aneh melihat mereka cenderung diam setelah seharian menghabiskan waktu denganmu. Padahal, tadi pagi mereka masih sempat membuat geram para pelayan. Mom akui mereka sedikit lebih dapat dikontrol sejak pembicaraan kemarin, tapi tetap saja sikap mereka memperlihatkan terdapat sesuatu yang mengganggu pikiran mereka."

"Mungkin itu hanya pemikiran berlebihan Mom. Sungguh. Tidak ada yang patut Mom khawatirkan."

Karlen kembali memicing mendengar jawaban Dextier. "Kau sedang tidak menyembunyikan sesuatu, 'kan?" Wanita itu kemudian melirik Renald di sisi kanannya. "Tingkahmu mengingatkanku pada daddy-mu saat berusaha menyembunyikan sesuatu."

"Aku serius, Mom."

"Tapi—"

"Sayang, bukankah kau tadi berkata akan pergi makan malam dengan sahabatmu--Alina? Lalu kenapa kau belum siap-siap?" Renald menginterupsi di tengah keadaan yang semakin memanas itu.

Ucapan Renald sontak membuat Karlen melotot tajam ke arah suaminya. "Bukankah kau sudah berjanji akan mengizinkanku?"

Renald menatap sekilah Karlen kemudian mengedikkan bahu. "Jika kau melampaui batas waktu yang kutentukan, sudah pasti izin akan kutarik kembali."

"Kau tidak bisa berbuat semaumu seperti itu, Ree!"

"Segalanya tergantung padamu."

"Fine. Aku akan berangkat sekarang! Awas saja kalau kau sampai menyuruh orangmu untuk mengawasiku!" geram Karlen menunjuk wajah suaminya lalu meninggalkan ruang keluarga dengan kaki dihentak-hentakkan.

Mata Renald mengikuti pegerakan Karlen yang menghilang di balik tembok dengan sebuah senyum tipis. Pria baru mengijak usia kepala lima itu mengalihkan tatapan menuju putranya yang melihat aksi tersebut. Ia berdehem singkat sebelum mengeluarkan kata.

"Siapa?" tanyanya lalu melipat tangan di depan dada. Senyum menghilang dari wajah pria itu, berganti dengan raut serius dan datar. Pun dengan nada suaranya yang terdengar rendah—tapi sarat akan emosi yang terpendam.

"Aku tidak tahu, Dad. Orang-orangku masih berusaha mencari tahu." Gigi Dextier bergemeletuk. Pria itu lantas menghela napas dan memejamkan mata saat emosi kembali menguasai. Tanpa dijelaskan lebih jauh, ia tahu jika yang dimaksud oleh sang ayah adalah dalang di balik kejadian tadi. Hell, Renald tentu sudah mendapatkan informasi dari orang kepercayaannya.

"Kau harus lebih waspada. Orang itu pasti memiliki dendam sampai berani menyerangmu di hadapan umum seperti itu." Meski nada ucapannya terdengar santai, Renald sedang berusaha mengontrol emosi. Siapapun pasti akan merasakan hal yang sama jika ada seseorang yang berusaha mencelakai anaknya. "Perketat penjagaan terutama tempat tinggalmu. Dad yakin yang sedang diincar adalah dirimu. Dan orang itu pasti akan kembali melancarkan serangan setelah berhasil membaca gerak-gerikmu."

Dextier terdiam mendengarkan sebelum kembali bersuara, "sementara aku ingin Dad membantuku melindungi mom, Andrian, dan Andreana. Dan selama dalam masa pencarian orang tersebut, aku akan menghindar sementara dari kalian. Tentu Dad mengerti maksudku."

"Kendrick dan orang-orangku akan turut membantumu."

Tidak ada pilihan lain selain menyetujui Renald. Semakin banyak yang membantu, sudah pasti akan semakin cepat pula masalah ini selesai. Keadaan di antara ayah dan anak itu hening, sampai terjadi pergerakan Renald yang memutuskan bangkit. Pria paruh baya itu menyebrangi meja kemudian menepuk pundak Dextier sembari berkata, "tetap jaga kesehatanmu. Menginaplah lagi malam ini. Pikiranmu lelah, jangan kau paksa fisikmu terlalu keras."

Renald melanjutkan langkahnya meninggalkan ruang keluarga. Meninggalkan Dextier yang setia termenung. Lama lelaki itu terdiam berpikir sebelum memutuskan membersihkan diri dan berstirahat—membenarkan ucapan ayahnya jika pikirannya memang lelah, dan beristirahat adalah cara untuk dapat sedikit mengurangi rasa penat yang ia rasakan.

----------------------

To be continued

------------------------

Terima kasih sudah membaca.

Semoga suka.

Luv,
Vi❤

The Masquerade PRINCE [COMPLETED]Where stories live. Discover now