Day 99
Saya belajar menulis dan membaca lagi. Belasan tahun terbiasa pakai huruf braile, saya jadi lupa sama alphabet. Ini supaya saya bisa curhat sama kamu. Tapi berhubung kamu belum mau bangun jadi saya tulis saja ya.
Ini bulan ketiga sejak kamu koma, saya masih enggak tahu harus ngapain. Yang jelas menyerah dan pasrah bukan pilihan saya. Saya masih berusaha mencari dokter dan pengobatan terbaik untuk kamu. Fiona sabar ya, saya pasti bisa bikin kamu bangun lagi.
Day 150
Saya baru pulang dari Singapura langsung ke rumah sakit soalnya kangen sama kamu. Kemarin saya ketemu dokter yang saya harap bisa menangani cedera kamu. Saya mau kamu kembali pulih tanpa kurang apa pun. Fiona sabar ya, saya pasti bisa bikin kamu sembuh.
Day 228
Semalam kamu drop. Saya takut setengah mati. Fiona masih kuat kan? Saya pasti bisa bikin kamu baik-baik aja.
Day 296
Saya kangen suara kamu. Kangen banget.
Day 365
Sudah setahun kamu tidur. Orang tua kamu mulai kehilangan harapan, tapi saya enggak akan. Fiona sabar ya, saya pasti bisa bikin kamu sembuh.
Day 399
Fiona saya kena tipes. Saya minta ranjangnya sebelahan sama kamu enggak apa-apa kan?
Day 458
Saya dan orang tua kamu memutuskan untuk membawa kamu ke Singapura. Beruntung kondisi kamu lagi stabil. Fiona jangan takut ya, saya selalu menemani kamu.
Day 491
Dokter bilang masih akan ada efek samping dari cedera kamu, enggak akan sepenuhnya normal seperti dulu. Saya enggak tahu harus ngapain lagi. Saya tahu kamu pasti kecewa. Tapi Fiona ... saya menerima kamu apa adanya. Jangan sedih ya.
Day 557
Kamu drop lagi. Code Blue mungkin jadi bunyi paling menakutkan yang bikin saya nyaris semaput. Tapi saya harus kuat supaya bisa bikin kamu sembuh.
Day 602
Fiona jangan nyerah ya. Ada banyak orang yang sayang sama kamu. Ica, Bi Marni, Kris mereka juga menunggu kamu bangun. Satu orang ini mungkin bikin kamu kaget, tapi Leo juga. Dia salah satu orang yang membantu saya untuk pengobatan kamu.
Day 636
Saya senang waktu mendapati kamu menggerakan jarimu saat tangan kamu sedang saya genggam. Walau hanya sedikit dan dalam waktu sebulan, saya tetap senang. Fiona pasti bisa bangun.
Day 698
Kondisi kamu semakin membaik, tapi kenapa belum juga bangun Fiona? Mimpi kamu terlalu indah ya?
Day 751
Saya bahagia dan bersyukur sewaktu orang tua kamu mengabari saya kalau kamu sudah membuka mata. Walau saya menyayangkan kamu bangun saat saya sedang pulang ke Indonesia, tapi saya benar-benar senang Fiona. Terima kasih sudah bertahan. Selamat datang kembali, Sayang.
Lembar terakhir dari sebuah jurnal yang sudah berkali-kali dia baca membuat Fiona tersenyum. Jurnal yang katanya sebagai salah satu saksi hidupnya. Jurnal yang ditulis oleh seseorang yang selalu menjanjikan kesembuhannya.
Tahun demi tahun sudah berjalan, tapi pengalaman pahit itu masih terasa seolah membekas dengan sebentuk trauma. Hari-hari yang kala itu mesti dia lewati dengan kesakitan, kini perlahan mulai tergantikan.
YOU ARE READING
Imperfect Coach
ChickLitSepanjang hidupnya Fiona tidak pernah mendapat pelatih vokal segalak Aldenio Baravi Serge. Seorang tunanetra yang dianugerahi sejuta ketampanan. Namun anehnya Fiona justru menyukainya. Terlalu mengaguminya. Tiga hal yang membuat Fiona begitu memuja...