7. Alden Sakit

8.2K 712 20
                                    

Alden sakit.

Lewat telepon, Kris bilang kondisi Alden sedang tidak sehat sehingga jadwal latihan hari ini dialihkan ke hari yang lain. Itu sebabnya, sepulang sekolah Fiona bergegas mengunjungi kediaman Alden. Dia bahkan sampai membawa mobilnya sendiri tanpa sopir.

Fiona tidak mengerti mengapa dia begitu merasa khawatir. Dia hanya ingin cepat-cepat melihat kondisi Alden.

"Kris, Kak Alden kenapa?" Fiona bertanya ketika dia melihat Kris ada di depan pintu kamar Alden. Tadi Fiona diantar oleh Bi Marni.

Kris yang melihat Fiona langsung membawanya sedikit menjauh dari kamar Alden, takut pria itu terganggu istirahatnya. "Kenapa kamu ke sini?" tanya Kris.

"Aku mau tau gimana keadaan Kak Alden."

Sesaat Kris memperhatikan gelagat Fiona. Gadis itu tampak khawatir dan tidak sabar melihat Alden. "Fiona, mungkin kamu belum tau, Tuan Alden cuma punya satu ginjal. Dia sangat menjaga pola makannya supaya sisa ginjalnya enggak rusak."

Perkataan Kris membuat Fiona terdiam. Fiona tidak tahu kalau Alden selama ini hidup dengan satu ginjal. Mungkin itu sebabnya dia jarang melihat Alden makan sembarangan, paling-paling hanya air putih.

"Tuan Alden menghindari salah satunya makanan manis. Kemarin saya lihat ada martabak di meja, saya enggak tahu apa Tuan nekat makan itu. Martabak manis mengandung natrium pada backing soda-nya, itu bisa meningkatkan tekanan darah."

Alden sebisa mungkin memang menjaga tekanan darahnya. Setahun sekali dia juga harus memeriksakan fungsi ginjalnya. Kalau Alden sampai tidak menjaga pola hidupnya, bisa saja sisa ginjal yang dia punya akan rusak dan berakhir dengan jalan cuci darah atau transplantasi.

Namun, kejadian saat Alden mengamuk malam itu lebih dari sanggup membuat tekanan darahnya melonjak. Paginya kondisi Alden menurun. Kris sudah berkali-berkali mengingatkannya agar menjaga kestabilan emosinya, tetapi Alden sesekali memang mudah marah jika menyangkut beberapa hal.

Mendengar itu mau tidak mau Fiona merasa bersalah. Fiona ingat martabak itu dia yang bawa dan menyodorkannya pada Alden. Apa Alden sakit gara-gara martabaknya?

Menyadari keterdiaman Fiona, Kris kembali bicara. "Kamu tidak perlu khawatir. Kondisi Tuan Alden menurun karena kelelahan sehingga tekanan darahnya naik."

Kris tidak mungkin mengatakan bahwa Alden mengamuk. Dia juga mengerti Fiona merasa bersalah. Kris sedikit menyesal telah mengatakan ini, tetapi kalau terus diam dan membiarkan ke depannya Fiona bertindak sesuka hati, Alden korbannya.

"Aku ... aku minta maaf karena udah ceroboh," lirih Fiona. Kepalanya tertunduk dalam.

"Hm, itu wajar. Kamu sama sekali enggak tau." Kris tersenyum kecil, lalu mengusap bahu Fiona. "Kamu mau ketemu Tuan Alden, kan?"

***

Kamar Alden itu luas. Semua barang tertata rapi. Nyaris tidak ada benda yang terletak tidak pada tempatnya. Mungkin itu agar memudahkan Alden menjangkaunya. Warna abu-abu dan hitam yang mendominasi membuat suasana nyaris sama dengan karakter si pemilik kamar. Aroma Leather yang khas menyeruak di sekeliling kamar.

Namun daripada mengaggumi kamar, Fiona lebih memusatkan perhatiannya pada sang pemilik. Fiona menatap Alden yang berbaring di tempat tidurnya. Pria itu terlelap, wajahnya pucat sekali. Fiona mendekat lalu duduk di tepi ranjang.

Melihat Alden yang seperti ini membuat hati Fiona tidak nyaman. Fiona tidak suka melihat orang sakit karena hal itu selalu mengingatkannya pada seseorang. Bahkan walau dirinya yang sakit, dia tidak pernah menganggap dia benar-benar sakit.

Imperfect CoachWhere stories live. Discover now