30. Camping Bersamamu

6.2K 579 50
                                    

yang baca jam segini pasti kaum ngalong kan? wkwk

.

.

.

"Alden masih belum mau datang?"

Leo tersentak ketika mendengar suara lemah sang ayah. Dia bergegas menghampiri, duduk di dekat ranjangnya. "Papa udah bangun? Aku benar-benar takut semalam Papa—"

"Alden masih belum mau datang?" David mengulangi pertanyaannya.

Leo tertegun. Lihat saja wajahnya ayahnya yang masih pucat pasi. Semalam dia kondisinya sempat memburuk dan hampir saja tidak tertolong. Begitu sadar, yang dia tanyakan adalah Alden. Ini enggak tertahankan buat Leo melihat ayahnya yang terus berharap Alden datang, tetapi di lain sisi mengesalkan karena Alden tidak mau menurunkan sedikit egonya.

"Alden pasti datang, Papa enggak usah khawatir."

"Jadi benar dia enggak mau datang." David tersenyum sedih.

Lagipula itu seperti mustahil. Setelah apa yang sudah keluarganya terutama dirinya lakukan pada Alden, lalu apakah dia masih mau datang untuk menjenguknya?

"Papa sendiri tahu apa alasannya, tapi tetap minta Alden datang. Untuk apa, Pa?"

David mengangguk pelan. "Ya, Papa sangat tahu. Itu sebabnya Papa mau Alden datang."

"Untuk Papa sakiti lagi?" Leo tetap tidak mengerti, dia memejamkan mata lalu menghela napas berat. "Apa masih enggak cukup? Apa Papa masih enggak puas buat bikin Alden lebih benci sama aku, sama keluarga kita?"

"Papa mau minta maaf." David menatap lurus putranya. "Dan kasih hadiah untuk dia."

Leo tertegun.

"Tapi anak itu enggak datang-datang." David terkekeh. "Semalam Papa mungkin saja selamat, tapi di lain waktu mungkin Papa enggak akan bisa bangun lagi. Waktu Papa terbatas, Leo."

Mata Leo memanas. Dia memalingkan wajah, enggan menatap ayahnya yang menyedihkan.

"Aku bakal coba bujuk Alden lagi."

David menggeleng. "Jangan memaksanya lagi. Jangan memaksanya. Papa bisa menitipkan hadiah Papa sama dokter."

Leo atau siapa pun tidak ada yang tahun, kalau David sudah mempersiapkan kematiannya termasuk untuk orang-orang yang akan dia tinggalkan.

***

Sore ini Fiona dan Alden sudah ada di kawasan camping. Ada banyak pengunjung yang juga mendirikan tenda secara berjarak. Namun, Fiona memilih tempat yang tidak begitu ramai.

"Kak, tolong pegang tali ini ya, biar aku tarik yang sebelah sana."

Alden tidak menolak, tetapi raut wajahnya begitu muruh. Sedari tadi Fiona bersemangat ke sana kemari sibuk mendirikan tenda, sedangkan tidak banyak yang bisa Alden lakukan.

"Fiona, haruskah kamu melakukan ini? Biar Kris saja yang memasang tendanya."

"Sebentar lagi selesai, Kak. Tenang aja, aku udah biasa mendirikan tenda, kok."

Alden hanya menghela napas pasrah. Kalau sudah kemauan Fiona, dia bisa apa?

Beberapa saat kemudian tenda sudah berdiri. Fiona tersenyum puas. Dia melanjutkan untuk menyusun yang lain. Kali ini Alden berinisiatif menyusun kursi camping dan mejanya.

"Ngomong-ngomong, Kak Alden udah pernah camping begini sebelumnya?" Selagi menyusun bahan makanan yang mereka bawa, Fiona bertanya.

Alden mengangguk. "Pernah."

Imperfect CoachWhere stories live. Discover now