35. Dia Sudah Hancur

3.5K 397 26
                                    

warning : prepare your tissue



***

Dentuman. Api. Darah.

Lalu ... Fiona.

Tangannya masih gemetar hebat, napasnya masih begitu menderu sewaktu ingatan Alden terlempar pada ingatan kejadian beberapa jam yang lalu. Menjadikannya satu dari dua hal yang ingin dia lupakan selamanya. 

Alden mendengar semua pertengkaran Fiona dengan orang tuanya di ruang tunggu selesai acara. Dia tahu kalau Fiona sedang dalam kondisi kacau, sehingga ketika perempuan itu melarikan diri, dia memutuskan untuk mengikutinya. 

"Lebih cepat Kris!"

Bersama Kris, mereka memacu mobil mengikuti Fiona yang juga mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Jarak mobil mereka bahkan cukup jauh. Hingga Kris sesekali mendesis kesal sekaligus khawatir karena dia tahu Fiona membawa mobilnya dengan gila-gilaan.

Jantung Alden berdegup tidak tenang. Dia amat tahu kekacauan dalam diri dengan emosi yang tidak terkontrol terkadang membuat seseorang menjadi tidak fokus. Dia berharap Fiona sama sekali tidak kehilangan fokusnya dalam situasi seperti ini. 

Mobil mereka nyaris dekat. Alden masih terus mengafirmasi dirinya sendiri kalau Fiona akan baik-baik saja. Tidak akan terjadi apa-apa. Namun harapan tidak selalu sejalan dengan kenyataan tepat ketika bunyi benturan yang sangat keras terdengar. Kris mengerem mobil mendadak membuat mereka sama-sama terkejut.

Keterkejutan itu terasa begitu lama karena Alden masih di ambang percaya apakah ini nyata atau hanya sekadar bunga mimpi? Sampai seruan Kris membuat segalanya terjawab.

"Alden ... tetap di sini dan tolong tenang." Kris bersiap melepas sabuk pengamannya. "Gue akan evakuasi Fiona."

"Tidak." Alden menggeleng. Wajahnya langsung pias dan suaranya bergetar. "Fiona ... gue harus ke Fiona."

"Dengarkan gue, Al." Suara Kris berubah lebih tegas. "Lo enggak gue izinkan ke sana, ada risiko mobil itu akan meledak, tetap di sini."

"Jangan memerintah saya, Kris!" Alden berteriak.

Kris terhenyak sesaat. Sulit untuk membiarkan Alden mendekati sesuatu yang berisiko. Tuannya baru saja selamat dari maut, dia baru saja sembuh. Kris tidak bisa membiarkannya menghadapi maut kedua apabila dugaannya terbukti benar. Percikan api itu akan meledakan mobil dalam beberapa menit. 

Namun dia tahu, mendebat Alden dalam kondisi seperti ini tidak ada gunanya. Maka, dia membiarkan Alden melepas sabuk pengaman lalu keluar dari mobil. Mereka berlari menuju mobil yang kini kondisinya sudah hancur dengan posisi terbalik. 

Meski Alden mesti bersusah payah karena keterbatasan geraknya karena sedang masa pemulihan, dia tidak menyerah begitu saja. Dibantu Kris, dia akhirnya bisa mengeluarkan Fiona. Mata perempuan itu terpejam, luka di mana-mana, jejak darah nyaris mendominasi tubuh ringkihnya.

Alden bersumpah jika dia memiliki kemampuan untuk menghapus memori, dia sangat ingin menghapus ingatan ini. Ingatan tentang betapa hancurnya dia melihat kondisi perempuan yang dia cintai bersimbah darah dan nyaris meregang nyawa. 

Sekarang entah sudah berapa lama dia duduk. Matanya terus menatap lampu ruang operasi yang belum juga padam dengan pandangan kosong. Bajunya masih berantakan, noda darah masih belum dibersihkan, Alden enggan meninggalkan tempatnya sekalipun. 

Kepalanya terasa penuh. Hatinya nyeri yang lama-lama terasa sangat sakit. Namun yang Alden lakukan sekarang hanya diam seolah kehilangan kemampuannya mengekspresikan emosinya. 

Imperfect CoachWhere stories live. Discover now