Day 3 : SATU Bagian 2

51 9 3
                                    

Saat aku bertemu Kyla lagi sepulang sekolah, gadis itu menyunggingkan senyum lebar yang jarang kulihat sepanjang kami bersahabat. Belum lagi rambut hitam sebahunya yang ia biarkan tergerai. Hal itu membuatnya berkali-kali lipat lebih cantik. Tentu saja, aku menyukainya.

"Ayo, Val!"

Kyla melingkarkan kesepuluh jarinya di lengan kiriku. Sontak hal tersebut menarik perhatianku padanya. Atau mungkin bukan hanya aku, tapi juga semua orang.

Namun, aku tidak malu atau jengah, sebaliknya hatiku mendadak menghangat. Meski begitu aku tetap menjaga ekspresiku agar tidak menimbulkan tanya di benak Kyla. Aku tidak ingin gadis itu tahu sekarang.

Setelahnya kami tenggelam dalam obrolan tentang pertandingan Kyla berikutnya. Selain Jingga, basket juga salah satu hal yang membuat gadis itu bersemangat. Jadi aku selalu membahasnya setiap kami bertemu. Sayangnya, aku tidak benar-benar suka saat Kyla bermain basket. Aku selalu punya tengara buruk ketika gadis-gadis itu berebut satu benda oranye tersebut.

Aku pernah mengutarakan kekhawatiranku padanya, tapi Kyla selalu mengancam akan menjauhiku jika aku mengatur hidupnya. Gadis keras kepala!

"Hai, Brian!" Vokal lembut tiba-tiba menginterupsi percakapanku dan Kyla.

Aku berpaling dan mendapati beberapa gadis menyapaku riang. Bulan sabitku mengembang. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena ada Kyla. Walau begitu, sebenarnya di antara gadis-gadis tadi ada satu orang yang akan membantuku untuk mengetahui perasaan Kyla.

Namanya Viona, gadis itu tengah menjadi perbincangan di sekolah. Bisa dibilang, dia adalah paket lengkap.

"Oh ya, menurut lo Vio gimana, La?"

Kulihat satu alisnya terangkat, lalu Kyla bertanya, "Vio? Cewek yang nyapa lo tadi?"

Kadang, aku tidak percaya jika Kyla seburuk itu dalam mengenal lingkungannya. Gadis itu seolah terisolir, tak tersentuh gosip. Belum lagi jika ditanyai pendapat tentang gadis yang menjadi incaranku. Kyla selalu memiliki jawaban pasti seperti cantik, manis, terkenal, dan sebagainya.

Memang selama kami dekat, aku beberapa kali dekat dengan seorang gadis. Bukan tanpa alasan, aku anggap mereka hiburan. Anehnya Kyla tidak selali pun protes. Ia tahu batasan yang tak boleh dilaluinya.

Untuk saat ini, aku akan membiarkan pembahasan temtang Vio berakhir sampai di sini. Nanti, aku akan merealisasikan rencana baruku, dan saat itu tiba, aku benar-benar berharap Kyla dan mengenali rasaku sesungguhnya.

What Happened To Perfect? Where stories live. Discover now