Day 17 : EMPAT Bagian 4

16 4 0
                                    

"Bokap gue emang sibuk sama kerjaannya, tapi bokap nggak pernah lupa buat kasih waktunya buat gue dan mama." Kalimat itu menjadi awal dari lubang besar di hati Kayla. "Saat itu gue ngerayain ulang tahun kelima. Bokap harusnya dateng saat itu, apalagi gue udah bilang sama temen-temen gue mau kenalin mereka sama bokap. Tapi ...." Menghela napas berat, Kayla menguatkan dirinya untuk tidak menangis lagi.

"Bokap nggak pernah balik ke rumah setelah itu, Val."

Kisah itu membawa Brian semakin mengenal keadaan Kayla. Mereka tumbuh dengan keadaan serupa. Sama-sama memiliki satu orang tua. Sama-sama dihina. Juga sama-sama berusaha bangkit dari keterpurukan.

Menyiahkan botol air yang sejak tadi menjadi pemisah di antara mereka, Brian beringsut ke dekat gadis itu. Ia bahkan dengan sengaja meletakkan kepala Kayla di bahunya tanpa peduli pelototan orang-orang sekitar. Untuk sementara waktu, baik Kayla maupun Brian, hanya memandang hiruk pikuk yang terjadi di lapangan utama.

Sejujurnya Brian tidak tahu cara memperbaiki patahan di hati gadis yang disukainya itu, tapi dia tahu cara membuatnya kuat. Mereka harus bersama dalam kondisi apa pun.

Brian ingin menyatakan perasaannya ketika tiba-tiba Kayla justru membahas masalah Vio. Pemuda itu mendesah frustrasi. Ia pikir segalanya akan mudah ketika pertahanan gadis itu melemah, nyatanya ... Kayla kembali ingat masalah yang sempat tertunda akibat kesalahpahaman ini.

"Gue nggak mau dicurigai anak-anak karena bikin lo nolak Vio."

Pernyataan itu berhasil menohok jantung Brian. Apa Kayla sudah tahu jika pemuda itu mencintainya?

Pertanyaan itu terjawab saat gadis itu memotong kalimatnya dengan pernyataan, "Gue tau kita sahabatan, Val. Tapi pendapat orang lain tentang kita beda."

Sahabat. Kayla masih menganggapnya sahabat. Brian tersenyum getir seraya mengembuskan napas. 

"Lo inget, 'kan, peraturan nomor 6?"

Gadis itu mengangguk dalam dekapannya.

"Jangan pernah dengerin apa kata orang tentang kita," kata mereka serempak. 

Meskipun hanya hal kecil, tapi peraturan konyol itu berhasil membuat sedikit kekhawatiran mereka teratasi. Namun, Brian tahu hal ini tidak akan bertahan selamanya. Ia tidak ingin mereka hidup dalam kegelapan. Dia butuh kepastian atas hubungan mereka.

What Happened To Perfect? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang