Day 14 : EMPAT Bagian 1

21 4 0
                                    

"Lo kenapa?"

Brian hendak menuruni anak tangga ketika sebuah suara menginterupsinya. Ia berpaling ke belakang punggungnya di mana seorang pemuda tengah bersedekap sambil memandang lantam pepohonan besar di depan Alamanda—sama sekali tak menatap Brian.

"Lo ngomong sama gue?" tanya Brian sarkastis.

"Menurut lo?" Sega—pemuda tadi—akhirnya berbalik hingga kini mereka berdiri berhadapan. "Kayaknya lo punya masalah serius sama Kayla. Perlu bantuan?"

Brian mendengus. Pemuda itu memalingkan wajahnya ke kanan seraya mengusap dagunya pelan. Lagi-lagi Sega ikut campur dengan urusannya.

"Kayaknya seminggu lalu ada yang bilang nggak mau ngambil perhatian orang-orang di sekitar gue. Liat sekarang siapa yang sok mau jadi pahlawan."

"Bri ...." Sega berjalan ke arah jendela kaca besar di lantai dua gedung utama. Dia kembali memusatkan perhatiannya pada dunia di luar sana sebelum berujar, "Gue nggak kayak yang lo tuduhin. Gue cuma niat bantu elo. Seenggaknya, gue tau gimana cara memperlakukan cewek dengan baik."

Kalimat itu terdengar seperti sindiran bagi Brian. Pemuda itu tahu apa yang sebenarnya musuhnya itu maksudkan.

Tara. Lagi-lagi nama itu yang mendasari setiap obrolan mereka. Sega tahu gadis dari masa lalu mereka itu adalah titik lemah Brian.

"As you know, mereka nggak sama. Hal-hal manis yang bisa bikin cewek itu luluh nggak akan berhasil buat Kyla. Jadi, gue saranin lo menjauh sebelum gue yang akan singkirin lo."

"Lo dan Kayla sama-sama keras. Gue nggak yakin lo bisa jinakin kemarahannya dengan ego lo. Harusnya lo dengerin dia sesekali. Mungkin aja masalah sebenernya nggak se-simple yang lo pikir."

Brian tak terlalu mendengarkannya. Orang yang saat ini merajai pikirannya adalah Kyla, bukan Sega dan nasihatnya. Saking tidak pedulinya, Brian baru sadar tempatnya berpijak ketika Sega menepuk pundaknya dan berkata, "Gue bantu bujuk Kayla buat maafin elo. Tapi sekali lagi gue ingetin, jangan manfaatin dia buat ketenaran lo."

Sementara itu, Sega sungguh-sungguh berniat membantu sang musuh. Pemuda itu menyusuri setiap koridor Alamanda, bahkan hingga kantin, hanya untuk menemukan sumber kecemasan Brian. Namun, setelah menyusuri semua sudut, keberadaan gadis itu tak kunjung ia lihat.

Sega mengingat-ingat lagi tempat yang ia tahu menjadi persinggahan adiknya tersebut. Lalu lapangan basket outdoor di bagian belakang sekolah menjadi destinasi terakhirnya. Benar saja, Kayla memang di sana. Gadis itu tengah sibuk dengan bola oranye di tangannya sampai-sampai tidak menyadari keberadaan Sega.

"Setau gue acara pembukaan di lapangan utama deh."

What Happened To Perfect? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang