PROLOG

119 12 5
                                    

“Dunia sempit banget, ya? Beberapa tahun lalu lo pergi, dan sekarang … kita ketemu di tempat yang baru. Well, tapi gue rasa sekarang lo banyak perubahan, nggak cupu lagi.”

“Dunia nggak melulu berporos di diri elo. Dunia butuh yang lebih baik dan pantas.”

Sega mendengus samar. Demi apa pun Brian ingin menyumpal mulut manusia di hadapannya agar tak lagi menambah rasa benci. Sayangnya, Sega tetaplah Sega, pemuda bermulut pedas di muka bumi.

“Lo bener, tapi sayangnya … gue di sini bukan buat ngambil perhatian orang-orang dari elo,” desisnya sambil mengamati keadaan di sekitar mereka.

Kelas-kelas di koridor C Alamanda telah sunyi. Pun dengan lapangan dan lobby. Hanya ada beberapa anak yang tampak sibuk bergerombol di meja-meja panjang dekat taman depan. Kebanyakan dari mereka di sana untuk mengerjakan tugas kelompok dan mendapat wifi gratis.

“Cewek yang sering main bareng elo itu cantik juga, ya?”

Brian yang sejak awal enggan menatap pemuda itu seketika melotot ke arahnya. Tanpa sadar tangannya terayun dan hinggap di kerah seragam putih Sega. Tidak! Dia tidak akan membiarkan musuh bebuyutannya mendekati Kyla.

“Jauhin dia kalau lo masih mau aman di sini. Karena yang harus lo tau … ini daerah kekuasaan gue. Leave her or I’ll kill you!”

Namun, bukannya takut atau membalas kalimat Brian dengan lebih tajam, Sega justru melebarkan senyum di wajahnya.

“Santai, man, gue nggak akan rebut apa yang lo punya di sini. I’m not that jerk. Gue cuma bilang dia cantik, bukan berarti gue naksir sama dia.” Pemuda itu menghempaskan tangan Brian lalu menepuk-nepuk pakaiannya. “Gue cuma mau bilang, kalau lo sayang sama dia, lebih baik lo bergerak. Bukannya perang sama ego sampai tega minta dia ada di lingkungan yang sama kayak elo. Man, nggak semua orang haus popularitas.”

“Lo nyindir gue?”

Lagi, Sega kembali tersenyum menyebalkan. “Gue ngasih tau elo.”

Kali ini gantian Brian yang mendengus. Apa Sega pikir Brian lupa pada haru biru yang ia ciptakan? Mereka tahu, tidak ada kata ‘membantu’ dalam hubungan keduanya.

“Masih inget Tara? Dia salah satunya,” tambah Sega yang sukses membuat darah Brian mendidih.

What Happened To Perfect? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang