22

169 37 2
                                    


"Heran aja gue sama lo. Udah tau nggak dilihat sama sekali, masih aja ngotot ngejar. Definisi tolol emang."
–Arana Daniswara–

.
.
.




"KAMU benar-benar nggak mau menceritakan kronologi luka tembak di betis mu itu?"

"Oh c'mon, pertanyaan lo dari tiga hari yang lalu itu itu aja. Nggak bosen?"

"Aku benar-benar ingin sekali tau asal kamu tau, Ara. Kalau aja aku nggak memergoki kamu tiga hari yang lalu sama sekumpulan remaja laki-laki China----"

"Korea Oceana, cuma satu diantaranya yang China, sisanya dari korea."

"Terserahlah pokok nya itu! Ak--"

"Aku juga penasaran sekali. Pukul dua pagi kamu dan Pak Angga keluar dan selama lima hari tanpa kabar. Aku pikir kalian menikah lalu kabur."

"Lah sekalipun gue nikah sama Angga, masalahnya sama elo apa?"

"Ya bukan se--"

"Astaga aku belum selesai bicara!" Oceana menjerit frustasi sementara Arana dan Clara kompak memutar bola matanya bosan.

"Kamu juga memotong pembicaraanku yang belum selesai, Oceana."

"Kan agar im--"

Brukk

"---Aduh!"

Oceana jatuh terduduk dengan posisi kurang elit. Clara terkekeh tetapi badannya ikut tergerak untuk membantu Oceana berdiri sementara Arana menatap sosok yang menabrak Oceana.

"Heh cowok. Bantuin berdiri. Lo yang nabrak, bego."

Sosok di depan ketiganya itu hanya menatap sekilas Oceana lalu menatap Arana tepat di manik mata. Arana menatap balas tatapan cowok didepannya dengan datar.

"Heh!"

Arana mencengkram lengan cowok itu karena dia mau melangkah meninggalkan tempat tanpa mengucapkan kata maaf.

Tangan Arana menarik kasar tangan cowok itu lalu tangan lainnya menyingkap almamater yang digunakan cowok itu.

Xiao Dejun.

"Jadi, Xiao Dejun? Minta maaf dulu."

"Arana, sudah. Aku tak apa." Oceana menatap Arana lalu Dejun. "Murid baru? Seragam mu tak sama. Ada yang bisa aku bantu?"

"Ya. Tolong antar ke ruang kepala sekolah."

Arana mendengus lalu berdecak, "ck, Na. Lo mah ngalihin pembicaraan. Nih cowok harus minta maaf dulu lah---apa ngelihat gue kayak gitu? Songong banget muka lo! Mau gue gampar hah?"

Arana melotot saat Dejun hanya menatapnya dalam. Clara dan Oceana menghela napas lelah.

"Udah Ara. Kamu pms? Sensitif sekali. Lagipula yang ditabrak Oceana bukan kamu."

"Gausah berusaha nge-skak gue deh. Gue ngebelain elo ini kampret!"

Dejun mengerutkan kening lalu menyentak tangan Arana. "Bisa tunjukkan tempatnya?"

Arana menggeram, "batu! Bilangin sama Xiao-Xiao ini kalo Angga nggak ada di tempat."

"Kamu sudah mendaftar bukan? Tidak ada orang asing yang boleh masuk sebelum menyerahkan surat tertentu. Mencari untuk mengambil seragam?"

Dejun mengangguk sekali. Clara mengangguk lalu tersenyum, "ayo aku antar pada ketua dewan murid laki-laki untuk mengambil seragam. Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah sedang tidak ada diruangan."

I'm not AgentWhere stories live. Discover now