21

169 43 10
                                    

"Iya, gue suka dia. Iya, gue cinta dia. Tapi anjing-nya, dia nggak suka gue. Haha!"
–Anggakara Arnawama–

.
.
.
.















Grepp

"Aku menemukan kamu."

Suara napas memburu milik Jeno menusuk indra pendengaran Arana. Badan Arana rileks dan sedetik kemudian dia terisak pelan, membuat Jeno dan Jaemin bingung dan panik.

"Aduh jangan menangis. Sudah, sudah. Kamu sudah aman."

"Aduh! Menangisnya di tunda dulu oke? Bom yang aku pasang akan meledak 7 menit lagi!"

"Jaemin tolol, Jeno nggak peka! Gue hampir mati ini woy! Panik lah anjing! Gue masih mau hidup lama! Merinding sat! Lihat pojok sana coba! Ada kepala yang digantung! Kan anjing!" Arana melotot lalu menunjuk-nunjuk dengan geram ke arah 5 kepala tanpa badan yang ada di pojok ruangan.

"Sudah, sudah. Semua sudah aman." Arana mengatur napasnya yang tersengal. Dia merasa amat lega bahwa dirinya masih diijinkan menghirup udara bebas, bukan mati konyol karena disandera seperti ini.

Tidak elit sekali.

"Ini cowok kampret, mati?" Dia menatap sosok yang beberapa saat yang lalu hampir menembak kepalanya lalu melirik Jaemin yang menggerakkan sedikit kepala Justin ke samping. "Siapapun yang berani melukai kamu, harus mati."

"Mental gue luka parah loh Jaem, kenapa lo nggak bunuh Daniswara buat gue? Dia yang ngelukain mental gue."

Jaemin mendengus lirih. "Kadang, sesuatu yang terjadi sekarang bukan berarti tanpa sebab. Ayah melakukannya dengan sebab, bukan tanpa alasan."

"Alasan mulu lo tai kucing!" Arana menatap Jaemin yang sibuk menendang tubuh Justin yang Arana yakini seratus persen sudah tidak bernyawa, "biasa banget ya ngelihat mayat?"

Jaemin melirik Arana sekilas tapi tidak mengatakan apapun. Wajah cowok itu mengeras dengan tatapan amat tajam.

Jeno menghela napas lalu melepas pelukan setelah memotong tali yang mengikat kedua pergelangan tangan Arana.

"Jaemin akan mengobati kamu. Kamu berantakan."

"Gu--"

"Keluar dari sini dulu baru cerita."

"Gue nggak bisa lari! Paha gue ditusuk."

"Aku gendong. Ayo." Jaemin memperhatikan Jeno yang berjongkok di depan Arana lalu mengeluarkan pertanyaan menusuk.

"ajigdo joh-a? geumjiga bulbunmyeonghabnikka?"

Jeno mendengus lalu berdiri dari posisinya dan melirik Jaemin lewat ekor mata, "dong-ilhamyeo byeongyeongdoeji anhseubnida."

"dangsin-eun geugeos-i jalmos algo." Jaemin mempercepat langkahnya saat Jeno semakin lebar melangkah meninggalkannya.

"al-a." Jaemin mendengus kasar.

"geulaeseo---"

I'm not AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang