1

541 80 8
                                    

"Gue kasih tau, cara ngebunuh paling sadis tanpa senjata ; patahin semua harapannya, bunuh mentalnya, sama bunuh semangatnya. Dia bakal mati dengan sendirinya."







.
.
.
.
.











"KAMU itu sudah kelas 11! Jangan jadi contoh yang buruk buat adik kelas!"

"Saya juga nggak mau jadi contoh buat mereka, bu. Plagiat namanya." Perempuan dengan ujung rambut berwarna magenta itu menjawab lempeng, datar dan tak bernada.

"Saya nggak mau tau, besok rambut kamu harus hitam sepenuhnya!"

"Rambut saya nggak mengganggu proses belajar saya, bu."

"Tapi kamu melanggar peraturan!"

"Saya ke sekolah untuk belajar bu, bukan untuk mematuhi peraturan."

"Kembali kan warna rambut kamu atau kamu saya drop out!" Perempuan dengan baju berantakan itu tetap menatap lempeng guru didepannya.

"Ibu punya hak apa? Ibu kan bukan kepala sekolah."

"Saya punya wewenang karena saya wakil kepala sekolah."

"Ya sudah, silahkan."

"Kamu saya drop out!"

"Yah, yaudah lah ya." Gadis itu, Arana Daniswara---tersenyum tipis. Dia tidak akan keluar dari sana semudah itu.

Seharusnya dia tetap disana, tapi, keputusan papanya sudah bulat. Arana, gagal menetap.

🔥I'm not agent🔥

Arana menatap bangunan besar dihadapannya dengan bosan. "Ini yang ke tujuh."

"Sekolahan pelosok kayak gini, pendidikannya kayak apa coba? Gak ada sinyal lagi. Bokap nggak elite banget." Arana menggeleng prihatin. Dia membenarkan ransel yang ia gendong lalu berdecak saat melihat bangunan besar didepannya yang lebih mirip dibilang museum dari pada asrama.

Arana tersenyum dan mendengus remeh, "kita lihat, berapa bulan gue bisa diterima disini."

"Selamat pagi. Kamu, Arana Daniswara?"

Pandangan jatuh pada gadis sebaya di depannya. Dengan setelan seragam-yang menurut Arana mirip dengan salah satu tokoh anime di negara sakura-dan rambut sebahu berwarna coklat--asli--di urai.

"Kelihatannya?" Arana balik bertanya datar. Matanya menelusuri penampilan perempuan didepannya dari atas sampai bawah. Perempuan didepannya tersenyum kikuk.

"Ayo, aku antar ke kamar kamu. Aku teman sekamar kamu. Besok, kamu udah mulai kelas."

"Kepala sekolah?"

Perempuan di depannya tersenyum. "Hanya orang penting yang boleh bertemu dengan beliau. Nanti, aku yang bakal ngasih tau kamu tentang peraturan yang ada."

"Bisa nggak, lo pake lo-gue aja? Geli gue." Perempuan dihadapan Arana kembali tersenyum kikuk. Arana memang tak terbiasa dengan panggilan aku-kamu yang dilontarkan gadis di depannya. Terdengar sangat menggelikan.

I'm not AgentWhere stories live. Discover now